BTS

BTS
BTS

Saturday, March 19, 2011

Trapped in Lift with Super Junior





Super Junior Fanfic
Main cast: Sungmin, Hyobin (as readers)
Support cast: Leeteuk, Heechul, Hankyung, Kangin, Shindong, Eunhyuk, Siwon, Donghae, Ryeowook, Kibum, Kyuhyun. 
Genre: Romance
Ratings: General/all age
Author: @khansa_aquaizan / Song Sanra


Trapped in Lift with Super Junior



Aku melirik jam dinding yang terdapat di kamar hotelku. Sudah pukul 10 malam! Aku sama sekali belum makan malam. Bagaimana kalau maag-ku kambuh? Tapi, jam segini apa masih ada yang berjualan, pikirku. Aku pun segera mengambil tas dan pergi mencari makanan di luar karena makanan hotel biasanya mahal. Apa lagi mata uang Italia lebih tinggi daripada mata uang Korea. Selesai makan malam di sebuah restoran yang terletak di dekat hotel, aku mampir ke sebuah mini market untuk membeli beberapa roti dan air mineral untuk persediaan. Aku bergegas kembali ke hotel karena hari sudah malam.
Baru saja aku hendak menekan tombol lift agar tertutup, tiba-tiba terdengar suara, “Wait!” Aku buru-buru menekan tombol agar pintu lift terbuka dan seorang pria masuk ke dalam lift. “Thank you!” kata orang itu.
Deg, aku terpana melihat orang itu. Bukankah orang itu adalah…
“Thank you,” seru pria lain yang masuk ke dalam lift. Tak salah lagi, pria tersebut adalah teman dari pria yang pertama masuk ke dalam lift. Kemudian muncul beberapa pria lagi. Satu, dua, tiga dan seterusnya sampai sebelas. Aku masih terpaku melihat para lelaki yang masuk ke dalam lift.
“Kenapa pintunya tidak ditutup?” tanya salah satu pria yang berdiri paling dekat dengan pintu lift dalam bahasa Korea.
“Mianhe,” kataku segera menekan tombol lift agar tertutup dan menekan angka 12, lantai dimana kamarku berada.
“Kau bisa bahasa Korea?” tanya pria itu lagi.
Aku hanya mengangguk sambil tersenyum samar. Sulit sekali rasanya untuk bicara maupun untuk bernapas, jika di dalam lift kau bertemu dengan idolamu. Ya, mereka bertiga belas adalah anggota Super Junior. Mulai dari Leeteuk, Heechul, Hankyung, Yesung, Kangin, Shindong, Sungmin, Eunhyuk, Donghae, Siwon, Ryeowook, Kibum dan Kyuhyun. Sungguh suatu keajaiban dapat bertemu mereka di dalam lift sebuah hotel di Italia. Kalau saja aku tidak berpegangan pada pegangan lift, mungkin sekarang tubuhku sudah terjatuh karena lemas.
Orang pertama yang masuk ke dalam lift dan mengatakan ‘thank you’ adalah Eunhyuk. Sementara orang kedua yang masuk adalah Leeteuk dan orang yang tadi berbicara bahasa Korea adalah Heechul. 
Belum sempat Leeteuk menekan angka 13, lift tiba-tiba berhenti. “Ada apa ini?” tanya Leeteuk. “Kenapa liftnya tiba-tiba berhenti?”
Tak lama kemudian lampu yang ada di lift padam. Semua orang menjadi panik, termasuk aku. Aku paling tidak suka gelap. Tiba-tiba ada sebuah tangan yang merangkulku. Aku begitu kaget, tidak tahu tangan siapa itu. Aku kemudian merogoh tasku untuk mencari ponselku yang dapat berfungsi sebagai senter.
“Kenapa lampunya bisa mati?” tanya Heechul yang menyalakan lampu yang terdapat diponselnya.
Aku akhirnya dapat melihat bahwa tangan yang merangkulku adalah tangan Sungmin yang berdiri dibelakangku. Aku merasa seperti nyawaku sedang melayang di udara. Bagaimana tidak, tangan yang merangkulku adalah tangan Sungmin, anggota Super Junior yang paling kusukai. Aku menahan napas selama beberapa saat, sebelum akhirnya kesadaranku pulih kembali. Aku mengeluarkan ponselku dan segera menyalakan lampu.
“Ah syukurlah, sekarang menjadi lebih terang,” kata Heechul. Diantara ponsel milik anggota yang lain, hanya ponselnya yang memiliki fitur lampu.
“Daripada memikirkan soal cahaya, lebih baik kita memikirkan bagaimana cara keluar dari sini,” kata Kangin tidak sabar dan segera maju menerobos ke depan, lalu menggedor-gedor pintu lift. “Help! Help! Help!” teriaknya dengan bahasa Inggris ala kadarnya.
“Percuma saja Youngwoon, orang-orang yang ada di luar tidak dapat mendengar kita,” kata Heechul lagi.
“Bagaimana kalau kita telepon seseorang untuk meminta bantuan,” saran Hankyung seraya mengeluarkan ponsel yang ada disakunya.
“Tidak akan ada sinyal dalam lift,” kata Leeteuk menimpali tepat saat Hankyung melihat bahwa tidak ada sinyal dalam ponselnya.
“Ah…” kata Siwon yang sedari tadi diam di pojok lift. “Rasanya udara disini semakin panas,” katanya sambil membuka kerah bajunya yang paling atas.
“Kau benar,” timpal Shindong seraya mengipas-ngipas dengan menggunakan brosur hotel.
Heechul mengarahkan lampunya ke arah langit-langit lift. Ia berpikir sejenak. “Bagaimana jika salah satu diantara kita naik punggung Siwon dan mendobrak atap lift?”
“Kenapa harus aku?” tanya Siwon kaget.
“Karena kaki Shindong sedang cedera, sementara tangan Kangin belum benar-benar sembuh,” jawab Heechul.
“Lalu siapa yang akan naik ke atas punggungku?” tanya Siwon lagi.
“Bagaimana kalau Ryeowook? Ia kan yang paling kecil diantara kita,” saran Leeteuk.
“Bukankah ada yang lebih kecil dari Ryeowook,” kata Sungmin yang dari tadi diam saja.
Refleks semua orang menoleh ke arah Sungmin dengan tatapan bertanya-tanya. Sungmin kemudia melirikan matanya ke arahku. Seketika itu juga anggota Super Junior yang lain memandang ke arahku. Aku yang masih salah tingkah karena dirangkul oleh Sungmin, menjadi lebih salah tingkah lagi. Aku tidak mendengarkan percapakapan mereka yang barusan.
“Kau benar,” kata Leeteuk. “Ah iya, aku baru ingat kalau kita belum berkenalan,” katanya sambil menepuk keningnya. “Siapa namamu?”
“Cho, Cho Hyobin,” kataku malu-malu.
“Kau pasti sudah tahu nama kami, kan?” tanya Kangin sok tenar.
Aku hanya mengangguk.
“Ayo Hyobin, naik ke atas punggungku!” kata Siwon seraya berjongkok ditengah-tengah lift.
“A… apa?” Aku kaget.
“Karena kau yang paling ringan diantara kami, naiklah ke atas punggung Siwon dan dobrak atap lift agar udara bisa masuk ke sini,” jelas Heechul.
“Tapi…”
“Kumohon cepatlah, aku sudah benar-benar kepanasan,” kata Donghae. Sementara disebelahnya Kibum dan Yesung sibuk mengibas-ngibaskan kerah bajunya.
Dengan ragu-ragu, aku naik ke atas punggung Siwon, berpegangan erat padanya. Aku dapat merasakan jantungku yang berdebar tidak karuan. Aku bahkan merasa kalau detak jantungku dapat didengar oleh semua orang yang berada di dalam lift. Perlahan-lahan Siwon mulai berdiri. Jika aku tidak memegang lehernya dengan erat, mungkin aku sudah jatuh karena gemetar.
“Ehm… maaf, bisakah kau tidak melonggarkan pegangan dileherku? Aku hampir tercekik karenanya,” ujar Siwon.
“Ma… maaf.” Aku buru-buru melonggarkan pegangannya.
Aku merasa ada tangan yang memegangiku dari belakang. Ternyata itu adalah tangan Sungmin dan Kyuhyun. Mereka berdua menjagaku dari bawah agar tidak terjatuh. Sekuat tenaga aku mencoba untuk mendobrak atap lift. Semua anggota Super Junior selain Siwon memandang ke atas dengan harap-harap cemas.  
“Ayo sedikit lagi,” teriak Heechul menyemangati.
Tak lama kemudian atap lift berhasil dibuka dan udara dapat masuk ke dalamnya walaupun hanya sedikit. Semua orang yang ada di lift seketika itu juga bersorak dan bertepuk tangan dengan ramai. Tiba-tiba aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh ke belakang! Untungnya Sungmin dan Kyuhyun berhasil menangkap tubuhku, sementara kakiku dipegang oleh Siwon sebelum jatuh ke lantai.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Leeteuk yang melihat kejadian itu.
Aku yang masih menutup mata saat terjatuh perlahan-lahan mulai membuka mata dan melihat wajah Sungmin, Kyuhyun, dan Leeteuk sedang menatapku lekat-lekat. Tanpa aku sadari pipi ku memerah dan ingin sekali rasanya aku pingsan saat itu juga.
“Maafkan aku,” kata Siwon yang masih memegang kaki ku seraya memutar badannya ke arah ku.
Plak, Kangin memukul kepala Siwon. “Kalau tidak ada Sungmin dan Kyuhyun, dia bisa cedera,” kata Kangin sementara Sungmin dan Kyuhyun membantu ku untuk berdiri.
Melihat hal itu, aku memberanikan dirinya untuk bicara. “Aku tidak apa-apa, sungguh. Lagipula aku terjatuh karena aku yang kehilangan keseimbangan,” kataku membela Siwon.
“Sekarang apa yang akan kita lakukan?” tanya Yesung.
“Aku lapar,” ujar Shindong.
“Ryeowook, apa kau masih punya minum?” tanya Eunhyuk.
“Aku juga haus,” tambah Kyuhyun.
Ryeowook yang baru saja minum dari botol air mineralnya, tiba-tiba mengatakan, “Maaf, sudah habis.”
“Ah…” desah Eunhyuk dan Kyuhyun berbarengan.
“Kalau kalian mau, kalian bisa meminum punyaku,” ujarku seraya membuka kantung plastik.
“Thank you very kamsa,” kata Eunhyuk. Baru saja ia hendak meraih botol yang aku sodorkan padanya, tiba-tiba Kyuhyun menyerobotnya, mengambil botol itu, membukanya, dan langsung meminumnya. “Jadi begini sikapmu terhadap hyung-mu?”
“Maafkan aku hyung, aku benar-benar haus,” kata Kyuhyun setelah minum seraya memberikan botol tersebut pada Eunhyuk.
“Shindong oppa, silakan,” kataku seraya menyodorkan sebungkus roti yang tadi ia beli.
“Kamsahamida,” balas Shindong.
“Kalau yang lain mau, aku masih punya beberapa.” Aku menawarkan kepada yang lain.
“Terima kasih, kau baik sekali,” kata Sungmin seraya mengelus kepala ku.
Deg, jantung ku kembali berdetak dengan cepat. Jika aku dapat menghentikan waktu, aku ingin sekali menghentikan waktu sekarang juga, saat terjebak di dalam lift bersama Super Junior.
“Oh iya Hyobin, ngomong-ngomong siapa anggota Super Junior yang paling kau sukai?” tanya Leeteuk. Dalam hati ia berharap Hyobin menyebut nama dirinya.
“Eh…” aku berpikir sejenak. Tidak enak rasanya menyebutkan nama ‘Sungmin’ di depan yang lainnya.
“Sudahlah tidak apa-apa,” sahut Heechul seakan dapat membaca pikiranku. “Kami tidak akan kecewa dengan siapa pun pilihanmu, betul kan?”
Anggota Super Junior yang lain mengangguk serempak sambil memandang ke arah ku. Memang sudah menjadi kebiasaan mereka jika bertemu dengan fans, mereka akan menanyakan siapa yang paling disukai.
“Eng… Lee…” kataku terputus, Heechul dan Kangin sudah putus asa, sementara Leeteuk dengan antusias mendengar kata-kata Hyobin selanjutnya. “Lee Sungmin,” lanjutku.
“Sigh,” kata Leeteuk sambil menjentikkan jarinya. Sementara Sungmin yang berdiri di sebelahku, ia menutup mulut dengan tangannya entah tertawa atau terharu.
“Haah…” Kibum mendesah seraya duduk di pojok lift. “Sampai berapa lama lagi kita akan terkurung disini?”
Sementara yang lain mengikuti Kibum duduk di lantai lift, Kangin kembali mencari cara untuk mengeluarkan mereka semua dari lift. Kangin mencoba menarik pintu lift agar terbuka.
“Ah, keras sekali,” kata Kangin sambil mengusap keringatnya dengan lengan baju.
“Yang bisa kita lakukan hanya menunggu hingga ada yang sadar kalau liftnya mati,” kata Heechul.
Kangin kemudian duduk dan mengambil roti milikku. “Aku minta ya,” katanya.
“Silakan,” jawabku sambil tersenyum ramah.
“Kamsahamida” kata Siwon menyerahkan botol air mineral yang sudah tinggal sedikit padaku. Botol tersebut sudah diminum oleh semua anggota SuJu, kecuali…
“Aku minta ya,” kata Sungmin seraya meraih botol tersebut dari tanganku. Ia kemudian meminumnya sebagian. “Kau mau?” tanyanya padaku.
Aku kembali salah tingkah. Kalau aku meminumnya berarti… secara tidak langsung aku dan Sungmin… tanpa aku sadari tanganku meraih botol yang disodorkan Sungmin dan meminumnya. Melihat hal itu, Leeteuk dan Heechul menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Bagaimana kalau kita bernyanyi sebagai ucapan terima kasih karena Hyobin telah memberikan makanan untuk kita?” tanya Kangin.
“Heh… yang makan makanan Hyobin kan hanya kau dan Shindong,” balas Heechul.
“Aku setuju, mari kita bernyanyi untuknya,” ujar Yesung.
“Apa lagu kesukaanmu?” tanya Leeteuk.
“Eng… It’s You,” jawabku.
[sing It’s You]
Aku bertepuk tangan dengan semangat setelah lagu selesai membuat yang lain pun ikut bertepuk tangan.
“Ada lagi lagu yang kau sukai?” tanya Leeteuk menawarkan.
“Aku ingin mendengar suara Kibum oppa,” ujarku jujur. Yang lain langsung menengok ke arah Kibum. Benar juga, Kibum tadi tidak bernyanyi karena ia memang tidak mendapat bagian dalam lagu itu. “Bagaimana kalau Don’t Don?”
Eunhyuk mulai berdiri. Ia sudah memasang posisi untuk menari.
“Kau mau apa?” tanya Kangin menepuk kaki Eunhyuk. “Tidakkah kau melihat kalau lift ini sempit?”
Dengan wajah kecewa, Eunhyuk kembali duduk.
[sing Don’t Don]
Aku kembali bertepuk tangan diikuti oleh anggota SuJu yang lain. Aku merasa senang sekali. Ingin sekali aku terjebak di dalam lift selamanya bersama Super Junior. Entah kenapa aku merasa sesak! Aku mulai sulit untuk bernapas. Aku menepuk-nepuk dadaku dengan harapan agar bisa bernapas dengan normal, tetapi sia-sia. Aku tetap sulit bernapas. Kenapa penyakitku harus kambuh disaat-saat seperti ini?
“Kau kenapa?” tanya Sungmin yang menyadari perubahan pada diriku. “Kau tidak apa-apa?” tanyanya khawatir.
Aku berusaha sekuat tenaga untuk menjawab. “Haah… aku… haah… asma… kambuh…” jawabku termegap-megap.
“Ada apa, ada apa?” tanya Leeteuk.
“Asamanya kambuh,” jelas Sungmin. “Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?”
“Serahkan padaku,” kata Siwon menerobos kerumunan dan jongkok di depanku yang masih termegap-megap. Ia kemudian membaringkan kepala ku pada paha Sungmin, meluruskan kakiku, kemudian melepas syal dan membuka kancing mantel ku.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Sungmin kaget saat melihat Siwon mulai melepas kancing baju ku yang paling atas
“Aku melakukannya agar ia dapat bernapas lebih leluasa,” jelas Siwon. “Tenang saja, aku hanya membuka dua kancing bajunya, tidak lebih,” katanya lagi.
Setelah kancing bajuku dibuka pun, aku masih sulit untuk bernapas. Siwon berpikir sejenak.
“Kurasa kita harus memberinya napas buatan,” saran Siwon.
“Na… napas buatan?” tanya Donghae tidak percaya.
“Ya,” jawab Siwon seraya membungkukkan badannya, bersiap-siap hendak memberikannku napas buatan.
“Biar aku saja,” sahut Sungmin mencegah Siwon. Leeteuk dan Heechul kembali menggeleng-gelengkan kepala mereka.
Sesaat Sungmin tampak ragu sejenak. Ia membisikkan kata ‘Mianhe’ pada telingaku, sebelum akhirnya ia mendekatkan mulutnya pada mulutku dan melakukan napas buatan.
Anggota Super Junior yang lain menahan napas saat melihat kejadian itu. Ini pertama kalinya Sungmin melakukan napas buatan, atau bahkan mungkin ciuman pada seorang gadis. Mereka semua melihat sisi jantan Sungmin yang lain.
 Satu kali, dua kali, tiga kali Sungmin memberikan oksigen kepadaku melalui mulutnya. Aku merasa sedikit lebih baik daripada sebelumnya. Meskipun begitu Sungmin tetap melanjutkan memberikanku napas buatan.
“Hyung, kurasa suhu badan Hyobin tinggi,” ujar Sungmin berhenti memberiku napas buatan sesaat.
“Coba kulihat,” kata Leeteuk seraya menempelkan punggung tangannya pada leherku. “Kau benar, dia demam,” lanjutnya.
Kangin kembali berdiri dan menggedor-gedor pintu lift. “Help! Somebody help us! Help Help! Help!” teriaknya sekuat tenaga. Ia kemudian mencoba lagi membuka pintu lift walau hasilnya sia-sia.
Sungmin masih memberikan napas buatan padaku secara konstan. Sementara yang lain sibuk merundingkan bagaimana cara untuk keluar dari dalam lift.
“Hyung, bagaimana ini? Sepertinya kondisi Hyo-chan makin parah,” kata Sungmin seraya mengelap keringat yang membasahi keningku.
“Hyo-chan?” ulang Leeteuk. “Sejak kapan kau memanggil Hyobin dengan Hyo-chan?” tanyanya.
“Andai saja ada keajaiban yang membuat lift ini bergerak,” ujar Heechul.
Tiba-tiba saja lampu lift menyala dan lift bergerak ke atas. Semua anggota Super Junior takjub dengan kejadian tersebut. Mulut mereka menganga sebelum akhirnya mereka bersorak-sorai gembira karena penderitaan mereka selama terjebak di lift akhirnya selesai juga. Mereka semua kecuali Sungmin memeluk Heechul. (Mungkin) berkat ucapannyalah lift dapat bergerak.
“Sssttt!” perintah Sungmin yang masih duduk di lantai lift sementara aku terkulai lemas dipangkuannya. “Jangan berisik!”
Sesaat mereka sempat lupa pada keadaanku yang agak kritis. Leeteuk segera mengambil tindakan cepat. Ia menekan tombol 13, lantai tempat kamar mereka berada. Saat lift sampai di lantai 13, Sungmin yang dibantu oleh Siwon dan Kyuhyun buru-buru menganggkat tubuhku dan berlari menuju salah satu kamar yang mereka sewa. Sesampainya di kamar, aku segera dibaringkan di tempat tidur, sementara Leeteuk memberi komando pada yang lain.
“Sungmin, kau kompres Hyo-chan,” kata Leeteuk tidak sengaja menyebutku dengan Hyo-chan saking paniknya. “Yesung, Siwon, kalian pergi ke apotik! Beli obat asma sekaligus demam; Hankyung, Eunhyuk, Donghae, kalian bereskan barang-barang kita; Kangin, Shindong, Ryeowook, belilah makanan di supermarket; Kyuhyun, kau tetap disini bersama Sungmin; sementara aku, Heechul dan Kibum, akan ke receptionist.”
“Untuk apa hyung ke receptionist?” tanya Kangin penasaran. Kibum mengangguk setuju.
“Tentu saja untuk melaporkan kejadian kita tadi,” jelas Heechul sudah mengerti dengan apa yang dimaksudkan oleh Leeteuk. “Gara-gara kejadian tadi, Hyo-chan jadi sakit parah. Oleh karena itu, kita harus memprotes kelalaian hotel ini,” ujarnya meniru Sungmin menyebut namaku dengan Hyo-chan.
“Kalau begitu aku ikut,” kata Kangin berapi-api.
“Kau pergi belanja saja, aku tidak mau ada keributan besar nantinya,” imbuh Leeteuk.
“Setidaknya bahasa Inggris ku lebih baik dari Heechul hyung,” balas Kangin.
“Ah benar juga,” kata Leeteuk. “Heechul, kau yang pergi berbelanj. Dan Kangin, kau ikut bersamaku.”
“Tapi…” kata Heechul.
“Sesampainya kita disana, hyung pasti hanya bisa mengatakan ‘yo man, hey baby’ tidak lebih,” kata Kangin.
Leeteuk bertepuk tangan tiga kali. “Ayo semuanya mulai dengan tugasnya masing-masing!” perintahnya. “Sungmin, kami pegi dulu ya! Kalau ada apa-apa hubungi aku,” pesan Leeteuk sebelum pergi meninggalkan aku, Sungmin, dan Kyuhyun di kamar.
“Baiklah hyung, aku mengerti,” jawab Sungmin sambil mengompresku dengan menggunakan air dingin.
Kyuhyun memperhatikan Sungmin yang sedang mengompresku sambil melipat kedua tangannya. Sesekali Sungmin menghapus keringat yang menetes di keningku. Ia juga menyentuh wajahku secara perlahan dengan menggunakan punggung jari telunjuk kanannya dengan amat sangat lembut, seakan-akan tubuhku akan hancur bila ia menyentuhnya lebih keras lagi. Menyadari ia sedang diperhatikan, Sungmin menengok ke arah Kyuhyun.
“Daripada kau hanya berdiri di situ, lebih baik kau melakukan sesuatu,” tegur Sungmin.
Dengan wajah cemberut, Kyuhyun kemudian duduk di sofa. Saat hendak mengambil remote tv, Kyuhyun tanpa sengaja melihat tas tanganku yang tergeletak disampingnya. Melihat Sungmin masih sibuk merawatku, Kyuhyun pun dengan isengnya menggeledah tas tersebut. Ia mengeluarkan apa yang ada di dalam tas satu per satu. Mulai dari bedak, lipstick, cermin, dompet. Tanpa sengaja ia dompetku dalam keadaan terbuka. Kyuhyun melihat foto Sungmin ada di dalam dompet tersebut tepat disebelah fotoku. Ia lalu melihat ponsel milikku. Saat melihatnya, ternyata wajah Sungmin yang terpampang. Sepertinya Hyobin benar-benar menyukai Sungmin, pikir Kyuhyun.
 “Aku sudah membeli obatnya,” kata Yesung yang masuk tiba-tiba tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Refleks Kyuhyun segera memasukkan kembali barang-barang milikku ke dalam tempat semula.


“Cepat sekali,” puji Sungmin.


“Tentu saja,” ujar Siwon yang baru datang dengan napas yang tersenggal-senggal. “Kami berlari mati-matian agar penyakitnya tidak bertambah parah.”
Sungmin segera memasukkan alat pembantu pernapasan pada mulutku, sementara Siwon menyiapkan segelas air putih untuk minum obat.
“Hyo-chan, Hyo-chan!” ujar Sungmin membangunkanku. “Hyo-chan bangun, kau harus minum obat,” katanya sambil mengguncang-guncangkan tubuhku dengan pelan. Namun, aku terlalu lemas bahkan untuk sekedar membuka mata.
“Jika ia tidak bisa meminum obat, mungkin kita harus membawanya ke rumah sakit,” saran Yesung.
Sungmin berpikir sejenak. Hanya ada satu cara agar Hyo-chan dapat meminum obat. Walaupun cara ini agak… Sungmin lalu mendudukan ku di atas tempat tidur sementara tangan kirinya menyangga punggungku. Yesung, Siwon, dan Kyuhyun menatap Sungmin dengan heran.
 “Siwon, tolong kemarikan obatnya!” pinta Sungmin pada Siwon yang memegang obat di tangan kanannya sementara tangan kirinya memegang segelas air putih.
“Apa yang akan kau lakukan?” tanya Siwon mendekati Sungmin seraya menyerahkan obat tersebut padanya.
Sungmin tidak menghiraukan pertanyaan Siwon. Ia memasukkan sebutir tablet pada mulutnya, kemudian meraih gelas yang ada di tangan Siwon dan meminumnya.
“Kenapa jadi kau yang meminum obatnya?” tanya Kyuhyun kaget.
Dengan tangan kanannya Sungmin membuka mulutku dan menundukkan kepalanya ke dekat kepalaku. Sambil menutup matanya, perlahan ia meminumkan obat tersebut. Beberapa tetes air keluar membasahi mulutku.
Sontak Yesung, Siwon, dan Kyuhyun kaget melihat kejadian itu. Hal ini benar-benar di luar dugaan mereka. Mereka bertiga belum pernah melihat Sungmin begitu peduli pada seorang wanita. Ini adalah suatu keajaiban.
“Bagaima…” omongan Leeteuk yang baru saja membuka pintu kamar terputus saat ia melihat Sungmin menciumku.
“Ada apa? Ada apa?” tanya Kangin seraya mendorong Leeteuk agar ia menyingkir. Namun sayangnya Sungmin sudah selesai menelankan obat padaku.
“Ada apa?” tanya Kibum yang juga penasaran dengan apa yang terjadi.
Leeteuk, Yesung, Siwon, dan Kyuhyun masih terpaku dengan kejadian tadi. Entah Sungmin tidak menyadari orang-orang disekitarnya atau pura-pura tidak tahu, dengan hati-hati ia membaringkan ku kembali dan menyelimutiku. Ia juga mengelap mulutku yang basah akibat perbuatan tadi dengan saputangannya. Setelah itu ia mengalihkan pandangannya pada orang-orang yang menontonya dari tadi.
“Ah, rupanya hyung sudah kembali?” kata Sungmin polos.
“Yang barusan itu…” Leeteuk ragu-ragu untuk menanyakannya.
“Ia memberikan obat pada Hyobin dengan mulutnya?!” kata Kyuhyun masih memandang lurus ke arah ku dan Sungmin tanpa menengok ke arah Leeteuk. Entah kata-kata itu ditujukan untuk meyakinkan dirinya sendiri atau untuk menjawab pertanyaan Leeteuk.
“Apa?” teriak Kangin kaget. Ia adalah orang yang paling tidak percaya kalau Sungmin dapat bersikap jantan layaknya seorang laki-laki.
“Apa yang terjadi?” tanya Eunhyuk yang baru saja selesai membereskan barang-barang. “Kenapa ramai sekali?”
“Tadi Sungmin…” Leeteuk buru-buru menyikut Kyuhyun agar tidak menceritakan kejadian barusan.
“Ayo semuanya keluar, ada yang ingin kubicarakan,” kata Leeteuk mengajak mereka semua keluar dari kamar. “Sungmin kau disini saja bersama Hyo-chan,” lanjut Leeteuk.
“Ah, baiklah,” sahut Sungmin polos.

Setelah mereka semua keluar kecuali aku dan Sungmin, Leeteuk pun menutup pintu kamar. Ia melihat Heechul, Shindong, dan Ryeowook sudah kembali dari minimarket.

“Heechul dan Hankyung satu kamar; Yesung dengan Ryeowook; Eunhyuk dan Donghae; Shindong, Siwon dan Kibum bertiga; sementara aku sekamar dengan Kangin. Kyuhyun, bagaimana kalau kau bergabung dengan Yesung dan Ryeowook?” kata Leeteuk membagi kamar.
“Bukankah aku sekamar dengan Sungmin hyung?” Kyuhyun balik bertanya.
“Karena kejadian tadi, ada sedikit perubahan rencana,” jelas Leeteuk.
“Tapi…”
“Ah, sudahlah ayo kita tidur!” ajak Leeteuk.
“Memangnya apa yang terjadi?” tanya Heechul merasa ada yang tidak beres.
“Sudah, akan kuceritakan di kamarku,” kata Leeteuk mengajak yang lain berkumpul dikamarnya.
Beberapa jam kemudian. “Ah, aku baru ingat,” kata Leeteuk sambil menepuk keningnya. “Sisakan makanan untuk Sungmin dan Hyo-chan!”
“Aku sudah memisahkan bagian mereka,” balas Ryeowook.
“Mana?” tanya Leeteuk. “Akan kuberikan pada mereka,” ujarnya sambil berdiri bersiap-siap hendak pergi ke kamar Sungmin.
“Aku ikut,” tukas Heechul. Ia dan Leeteuk pun beranjak ke kamar Sungmin.
“Sungmin, kami membawakan makanan untukmu,” seru Leeteuk seraya masuk ke kamar Sungmin tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
Tiba-tiba mata Leeteuk dan Heechul terpana melihat pemandangan yang ada dihadapan mereka. Mereka melihat Sungmin tertidur di kursi di samping tempat tidur, sementara kepalanya terkulai disebelah pundak Hyobin. Sungmin benar-benar tekun merawat Hyobin. Buktinya keadaan Hyobin terlihat sudah lebih baik dari sebelumnya. Leeteuk dan Heechul kembali menggeleng-gelengkan kepala mereka. Leeteuk kemudian menaruh makanan tersebut di atas meja, dan mengajak Heechul untuk meninggalkan Sungmin dan Hyobin berdua di kamar.
Aku terbangun pagi harinya. Sesaat aku mengerjap-ngerjapkan mata, lalu memandang sekeliling. Kamar ini sungguh terasa asing bagiku. Seingatku, kamar hotelku tidak seperti ini. Apalagi di sini ada dua tempat tidur. Bukankah seharusnya hanya ada satu?
Jreng, jreng, jreng, terdengar suara seseorang sedang menyetem gitarnya. Ada orang lain selain aku, pikirku. Baru saja aku hendak melihat siapa orang itu, namun tubuhku terlalu lemas untuk beranjak dari tempat tidur.
“Ah, kau sudah bangun rupanya,” kata Sungmin yang baru saja muncul dengan menenteng gitarnya. “Apa kau terganggu dengan suara gitarku?” tanyanya.
“Tidak, aku…” Sesaat aku sempat melupakan peristiwa di lift tadi malam.
“Oh iya, kau pasti lapar,” ujar Sungmin. “Akan kuseduhkan bubur untukmu,” katanya sambil menuangkan air termos pada bubur instant.
“Ayo buka mulutmu!” kata Sungmin lembut seraya mengacungkan sendok padaku.
“Biar aku saja,” kataku merasa canggung karena disuapi oleh Sungmin.
“Sudahlah, tidak usah sungkan ayo! Aaaa… buka mulutmu!”
Dengan wajah memerah dan detak jantung tidak karuan, aku akhirnya menerima suapan tersebut.
“Sungmin hyung,” kata Kyuhyun masuk ke dalam kamar.
Sontak aku dan Sungmin menoleh ke arah Kyuhyun. Hanya dengan melihat sendok yang ada di tangan Sungmin, Kyuhyun langsung mengurungkan niatnya untuk mengambil laptopnya yang ada di kamar Sungmin.
“Maaf aku mengganggu,” katanya lagi seraya menutup pintu.
Aku menjadi salah tingkah.
“Tidak usah pedulikan dia,” kata Sungmin seakan tahu apa yang ada di dalam pikiranku. “Ayo buka mulutmu lagi! Aaaa…”
Saat suapan terakhir, ada setitik noda di mulutku. Dengan telaten, Sungmin pun menghapus noda tersebut dengan sapu tangannya. Aku hanya membisu saat Sungmin melakukannya. Aku merasa kalau saat ini ia masih berada di alam mimpi.
Setelah Sungmin membereskan bekas makanannya, Sungmin kembali menghampiriku yang masih berada di tempat tidur sambil membawa gitarnya dan duduk di kursi di samping tempat tidur.
“Kau tidak keberatan kan kalau aku memainkan gitar untukmu?” tanya Sungmin.
Aku menggeleng. “Tidak, sama sekali tidak.”
Sungmin menaruh jemarinya di atas gitar dan mulai melantunkan lagu Baby, Baby. 

iyureul mollasseo
wae naega byeonhaenneunji hancham saenggakhaesseo
neowa na mannanihuro na byeonhangeot gata
aju manhi mariya i norae deullini o
niga neomu gomapjanha o baby
niga neomu yeppeujanha o
nuneul ttelsuga eobseo naenunen neoman boyeo
neoman gyesok barabogo sipjanha nan o jeongmal
nae haruharuga neomu haengbokhaeseo u beibe
ireonnari kkeutnaji ankil
modeunge da byeonhaji ankil
niga neomu gomapjanha o baby
niga neomu yeppeujanha o
nuneul ttelsuga eobseo naenunen neoman boyeo
neoman gyesok barabogo sipjanha nan o jeongmal               


***

Thanks For Read It ^^

No comments:

Post a Comment