BTS

BTS
BTS

Monday, December 26, 2011

Super Junior 3rd Album Sorry Sorry Photos













Super Junior - Santa U Are The One lyric

[Kyuhyun] You come around to every child in the world
[Siwon] Always on time you’re never late, every year
[Ryeowook] How does it feel to work, everyone’s off, no one to help you
[Sungmin] How do you reach us all, it’s for sure, no one does it better

[Leeteuk] Christmas is finally here
It’s time to celebrate
[Eunhyuk] Cause you make a better world, year after year
[All] Soon you’ll be on your way
Spreading joy everywhere
There’s no one like you
[Sungmin] Santa, you are the one

[Donghae] You creep down the chimneys at night, that’s right
[Kyuhyun] And you always know who has been naughty or nice
[Henry] How does it feel to work, everyone’s off, no one to help you
[Yesung] How do you reach us all, it’s for sure, no one does it better

[Zhoumi] Christmas is finally here
It’s time to celebrate
[Shindong] Cause you make a better world, year after year
[All] Soon you’ll be on your way
Spreading joy everywhere
There’s no one like you
Santa, you are the one

[All] Thank you Santa, thank you (Donghae: you are the one)
Don’t go Santa, don’t go (Eunhyuk: you are the one)
Thank you Santa, thank you (Leeteuk: you are the one)
Don’t go Santa, don’t go

[Ryeowook] I hope you enjoy this song
[Yesung] It’s a gift from everyone
[Kyuhyun] Thank you for all that you have done

[Siwon] Christmas is finally here
It’s time to celebrate
[Yesung] Cause you make a better world, year after year
[All] Soon you’ll be on your way
Spreading joy everywhere
There’s no one like you
Santa, you are the one (Leeteuk: Santa, you are the one)

[All] Christmas is finally here
It’s time to celebrate
Cause you make a better world, year after year (Kyuhyun: year after year)
Soon you’ll be on your way (Kyuhyun: on your way)
Spreading joy everywhere
There’s no one like you (Ryeowook: no one)
Santa, you are the one

[Ryeowook] You are the one
Santa, you are the one
[Yesung] You are the one
Santa, you are the one

[All] You are the one
I said, you are the one

Super Junior Calendar 2012











Super Junior Screen Saver Monthly 2012












Sunday, December 11, 2011

Seven Days, I'll Make You Love Me





Super Junior Fanfic
Main cast: Lee Hyukjae (Eunhyuk), Seungri, Eunhye (as readers)
Support cast: Donghae
Genre: Romance
Ratings: PG 15 
Author: @khansa_aquaizan / Song Sanra

I made this for my special Dongsaeng, Novia Sari ^^ Saengil Chukkae, November, 10th 2011

Seven Days, I Shall Make You Love Me

Hari Pertama
Tok, tok, tok, terdengar suara pintu yang diketuk. Seorang wanita paruh baya bergegas membuka pintu. Ketika pintu dibuka, betapa terkejutnya ia saat melihat namja yang begitu ia rindukan berdiri tepat dihadapannya.
“Annyeong, eomma. Aku pulang,” ucap namja yang ternyata adalah Eunhyuk.
Eommanya hanya bisa terpaku melihat kedatangannya anaknya yang begitu tiba-tiba. Ia menutup mulutnya, berusaha keras untuk tidak menangis. Melihat, eommanya yang begitu terharu atas kepulangannya, Eunhyuk memeluknya.
“Kejutan,” bisik Eunhyuk di telinga eommanya.
Eommanya hanya tersenyum seraya membalas pelukan Eunhyuk.
“Memangnya angin apa yang membuatmu datang ke sini?” tanya eommanya saat mereka makan siang. “Bukankah jadwalmu biasanya padat?”
“Manager hyung memberiku libur. Katanya aku sudah berusaha keras. Kebetulan juga aku sedang tidak ada pekerjaan, dan…”
“Dan?”
“Dan aku sangat rindu pada eomma,” lanjut Eunhyuk.
Eomma Eunhyuk tertawa mendengarnya. “Apa iya kau pulang karena merindukan eomma? Bukan karena merindukan yeoja itu?” goda eommanya.
Wajah Eunhyuk memerah seketika. Ia lalu menunduk, tidak ingin eommanya melihat mukanya yang memerah.
“Aku benar-benar merindukan eomma!” tegasnya.
*
“Hyukjae, tolong kau buang sampah,” pinta eommanya ketika mereka selesai makan siang.
Eunhyuk pun menurut. Ia mengangkat kantong sampah yang ada di rumahnya dan beranjak ke luar untuk membuangnya. Setelah menutup tong sampah, matanya tiba-tiba menangkap sesosok yeoja yang selalu ia dambakan.
Dulu, saat Eunhyuk pindah ke Seoul saat berumur 13 tahun, yeoja itu hanyalah seorang yeoja kecil berumur 5 tahun yang selalu menangis. Hanya Eunhyuklah yang bisa menghentikan tangisan yeoja itu.
Eunhyuk baru menyadari bahwa ia mencintai yeoja itu saat ia pulang ke rumahnya dua tahun yang lalu. Ia terkejut dengan perubahan yeoja kecil itu menjadi yeoja seutuhnya. Yeoja yang dulu sering menangis itu telah berubah menjadi yeoja yang cantik dan lembut. Benar-benar tipe kesukaannya.
Tidak berubah, batin Eunhyuk saat melihat yeoja itu. Ia tetap cantik seperti dua tahun yang lalu. Eunhyuk melihatnya sekali lagi dari atas ke bawah. Ah, ada sedikit perubahan! Ya, lekuk tubuhnya kini lebih terlihat dibandingkan dua tahun yang lalu, ujar Eunhyuk dalam hati. Kebetulan Eunhye memakai kaos ketat berwarna putih dipadu dengan hotpants berwarna biru.
Tanpa disangka, yeoja itu menoleh ke arah Eunhyuk. Mata mereka pun bertemu. Mereka berdua terdiam selama beberapa saat sebelum akhirnya yeoja itu berinisiatif untuk memulai pembicaraan.
“Annyeong, oppa. Apa kabar?” sapa yeoja yang bernama Eunhye itu sambil tersenyum ramah. Senyuman yang sebenarnya biasa saja, namun bagi Eunhyuk itu adalah senyuman malaikat.
*
Mana Seungri? Kenapa ia belum datang juga, batinku. Bosan menunggunya di rumah, aku pun beranjak ke luar. Aku memandang jalan yang ada di depan rumahku. Melihat apakah ada mobil yang lewat.
Tanpa sengaja, mataku melihat seorang namja yang ada di sebelah rumahku. Kami berdua saling bertatapan. Namja itu adalah Lee Hyukjae, orang yang sudah kuanggap sebagai kakak sendiri. Aku terpaku selama beberapa saat. Dia sudah banyak berubah sejak terakhir kali aku melihatnya. Ia semakin tampan.
“Annyeong, oppa. Apa kabar?” sapaku ramah.
“Ah, eh, a-aku baik,” jawabnya sedikit terbata-bata. Sepertinya ia kikuk karena sudah lama sekali aku dan dia tidak bertemu. “Kau sendiri?”
“Sama sepertimu, oppa,” jawabku. “Oh iya oppa, tumben oppa pulang.”
“Oppa mendapat libur selama seminggu,” jelas Eunhyuk.
“Oh.” aku mengangguk paham. Andai saja Seungri juga mendapat libur, batinku. Bukankah Big Bang dan Super Junior sama sibuknya? Kenapa Eunhyuk mendapat libur selama seminggu sementara Seungri hanya sehari dalam setahun?
“Ngomong-ngomong kau sedang apa? Sepertinya kau sedang mencari-cari sesuatu?” Eunhyuk membuyarkan lamunanku.
“A-aku sedang menunggu namjachinguku,” jawabku malu-malu.
*
“A-aku sedang menunggu namjachinguku,” jawab Eunhye malu-malu.
Eunhyuk terperangah. Ia kaget sekali mendengar jawaban itu keluar dari mulut yeoja yang dicintainya. Namjachingu? Jadi, sekarang Eunhye sudah memiliki namjachingu?
“Eun-chan, aku masuk dulu,” ujar Eunhyuk hendak masuk ke rumah, tidak ingin melihat wajah namjachingunya.
“Ah, ya oppa,” jawab Eunhye. Lagi-lagi ia memberikan senyum manisnya pada Eunhyuk.
Eunhyuk memaksakan seulas senyum di bibirnya seperti yang biasa ia lakukan di atas panggung jika sedang bad mood.
Drttt, drttt, handphone Eunhyuk bergetar. Ada telepon dari Donghae rupanya.
“Yeoboseyo,” kata Eunhyuk saat mengangkat telepon.
“Bagaimana liburanmu, menyenangkan?” tanya Donghae.
“Hmm… yah, begitulah,” jawab Eunhyuk tidak bersemangat.
“Waeyo?”
“Yeoja itu…” Eunhyuk menghela napas. “Ia sudah memiliki namjachingu.”
Donghae terdiam sesaat sebelum akhirnya angkat bicara. “Lalu kau akan menyerah begitu saja?” tanyanya.
“A-aku…”
“Jika kau memang benar-benar mencintainya, kejarlah yeoja itu. Kau masih punya waktu tujuh hari,” saran Donghae.
Eunhyuk tersenyum meskipun ia tahun Donghae tidak bisa melihatnya. “Gomawo Donghae-ah.”
“Hwaiting!” Donghae menyemangati Eunhyuk sambil menutup telepon.
*
“Maaf, Eunhye. Lain kali saja ya kita jalan-jalan,” ucap Seungri dari dalam telepon. “Hari ini aku benar-benar tidak bisa. Maaf, ya Eunhye.”
Aku mendengus kesal. Lagi-lagi Seungri oppa membatalkan janjinya.
“Lain kali itu kapan? Oppa selalu saja bilang lain kali.” Aku sudah tidak bisa lagi menahan emosiku.
“Eunhye sayang, hari ini oppa ada pekerjaan mendadak jadi…”
“Apa oppa tahu, sejak kita pacaran, kita belum pernah sekalipun kencan.” Aku memotong kalimat Seungri oppa.
“Eunhye, oppa…”
“Aku benci oppa!” teriakku sambil menutup telepon.
Aku lalu mematikan handphone-ku dan melepas baterainya. Sampai kapan aku akan mempertahankan hubunganku dengan Seungri oppa? Aku sudah tidak tahan lagi. Aku juga ingin seperti yeoja-yeoja lain, pergi ke tempat yang romantis bersama namjachingunya. Aku tidak berharap memiliki namjachingu yang selalu ada di sampingku, aku hanya ingin sekali saja aku bisa pergi ke tempat favoritku bersama namjachinguku.
*
Hari Kedua
Ting, tong, terdengar suara bel yang ditekan.
“Sebentar,” sahut seseorang dari dalam rumah. Siapa yang bertamu pagi-pagi begini, batinnya.
Clek, pintu pun dibuka. Tampak seorang yeoja dengan rambut yang basah membuka pintu.
Glek, Eunhyuk menelan ludah.
“Ah, oppa,” ujar yeoja itu. “Ada perlu apa, oppa?” tanyanya.
“A-aku ingin mengajakmu jalan-jalan. Kau ada waktu?”
Eunhyuk sedikit salah tingkah melihat penampilan yeoja yang ada dihadapannya. Eunhye, yeoja itu memakai kaos putih ketat dan hotpants berwarna merah. Belum lagi rambutnya yang basah sehabis mandi. Ia benar-benar terlihat seksi.
“Eng…” Eunhye berpikir sebentar. “Bagaimana, ya oppa…”
“Aku sudah lama tidak ke sini. Tempat ini juga sudah banyak berubah.” Eunhyuk berusaha agar Eunhye mau pergi dengannya. “Jadi, bisakah kau menemani oppa?”
“Baiklah kalau begitu. Aku ganti baju dulu. Oppa, kau duduk saja dulu,” tukas Eunhye mempersilahkan Eunhyuk masuk.
*
“Ah, ada toko es krim! Ayo kita mampir ke sana!” ujar Eunhyuk sambil menarik tanganku. Aku hanya menurut saja. Lagipula aku juga memang suka es krim.
“Kau mau pesan apa?” tanya Eunhyuk tanpa menatapku. Ia masih sibuk melihat-lihat menu di café ini. “Bagaimana kalau pancake dengan toping es krim strawberry ini?” tanyanya sambil melihatkan gambar menu itu padaku. “Kau suka kan?”
Aku terkejut. Bagaimana mungkin Eunhyuk masih mengingat makanan favoritku? Aku hanya mengangguk saja.
“Oppa, kencan kita nanti, aku ingin ke toko es krim,” rengekku pada Seungri di telepon.
“Kenapa malah ke toko es krim?” tanyanya heran. “Bagaimana kalau kita makan malam di Millennium Seoul Hilton Hotel? Kalau malam, pemandangan di sana bagus.”
“Terserah oppa sajalah,” kataku akhirnya mengalah.
Tiba-tiba aku teringat akan pembicaraanku dengan Seungri oppa. Kau berjanji mengajakku ke hotel itu, tapi mana buktinya? Sampai sekarang kau selalu berdalih bahwa kau sibuk atau ada pekerjaan mendadak, batinku.
“Mmmm, pancake ini enak sekali,” ujarku saat menyantap pancake yang sudah dihidangkan di atas meja kami.
Aku melihat Eunhyuk yang duduk di hadapanku. Tangannya menopang dagunya sementara matanya menatapku lurus. Merasa ia sedang memperhatikanku, aku menunduk dan kembali menyantap pancake.
“Oppa, kenapa kau menyisakan buah strawberry-nya?” tanyaku saat melihat Eunhyuk oppa menyisakan toping buah strawberry di piringnya.
“Ini?” Eunhyuk balik bertanya. “Aku menyisakannya untukmu. Kau suka sekali buah strawberry kan?”
Aku menatap Eunhyuk dengan bingung.
“Ayo, buka mulutmu. Aaaaa…” Eunhyuk mengacungkan sendok dengan buah strawberry itu ke arah mulutku.
Mataku melirik was-was. Café ini memang sedang sepi. Hanya ada kami dan empat pengunjung lain. Eunhyuk oppa juga menggunakan topi dan kacamata hitam sehingga tidak ada yang mengenalinya, tapi…
Hap, aku melahap strawberry tersebut. Aku mengunyahnya pelan-pelan seakan kenikmatan buah tersebut akan hilang bila aku memakannya terburu-buru. Aku melirik Eunhyuk oppa dari ekor mataku. Benar saja dugaanku, ia sedang menatapku!
“Eun-chan,” panggil Eunhyuk oppa.
“Hmmm?” Aku mengangkat kepalaku dan balik menatapnya.
“Ada es krim di bibirmu,” jelasnya.
“Eh, mana?”
Tanpa disangka, Eunhyuk mencondongkan badannya ke arahku dan mengusapkan jempolnya pada bibir bawahku. Aku terkesiap kaget. Tubuhku terasa kaku sementara wajahku terasa panas.
“Nah, sudah,” kata Eunhyuk oppa. “Ayo kita pulang!”
Aku hanya mengangguk. Sepanjang jalan dari café sampai mobil Eunhyuk, aku terus menunduk. Aku takut ia akan melihat wajahku yang sepertinya sudah memerah.
“Eunhye, pakai sabuk pengamanmu,” tukas Eunhyuk oppa ketika kami sudah di dalam mobil.
“Eh?” karena aku masih mengingat kejadian di café tadi, aku tidak mendengarkan perkatannya.
Tiba-tiba Eunhyuk oppa mendekatkan tubuhnya ke arahku. Ia lalu menarik sabuk pengaman tersebut. Begitu dekatnya wajah Eunhyuk oppa hingga rambutnya mengenai pelipisku. Tak hanya itu, aku juga bisa merasakan hembusan napasnya.
Selesai memasangkan sabuk pengaman, Eunhyuk oppa pun menyalakan mobil. Aku tidak berani meliriknya selama perjalanan pulang. Selama itu pula jantungku terus berdebar kencang. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, ada seorang namja yang membuat perasaanku tidak menentu. 
*
Hari Ketiga
Drttt, drttt, tiba-tiba handphone-ku bergetar. Ada SMS dari Eunhyuk oppa rupaya.
Kau ada waktu? Aku ingin mengajakmu jalan-jalan.
Tanpa ragu, aku membalasnya.
Ne, let’s oppa ^^
“Kita mau kemana oppa malam-malam begini?” tanyaku ketika kami berdua sudah berada di mobil Eunhyuk.
“Kau lihat saja nanti,” jawab eunhyuk sambil mengedipkan matanya ke arahku.
Blush, kenapa rasanya wajahku memanas lagi seperti waktu itu?
*
“Bagaimana, seru?”
Aku menatap wajah Eunhyuk oppa dengan jengkel. “Apanya yang seru? Aku hampir pingsan tadi!”
Aku memegang dadaku dengan tangan kiriku. Jantungku berdetak tak karuan, begitu juga dengan napasku. Musim dingin di kota Seoul membuat napasku yang terengah-engah terlihat jelas di udara.
Aku dan Eunhyuk oppa baru saja keluar dari arena rumah hantu. Saat ini kami berdua tengah berada di Lotte World. Tanpa menanyakan pendapatku, Eunhyuk oppa langsung menarikku ke arena yang paling tidak kusukai ini. Jika bukan karena dia, mungkin seumur hidup aku tidak akan pernah masuk ke arena ini.
“Hahaha. Mianhe,” ucapnya. Tangan kanan Eunhyuk yang bebas merapikan rambutku yang sempat berantakan akibat berlarian dalam arena tersebut.
Tunggu dulu, tangan kanan? Seakan tersadar sesuatu, aku melirik ke arah tangan kananku. Benar saja dugaanku! Tangan kananku masih merangkul tangan kiri Eunhyuk oppa dengan erat. Ya, tadi aku sempat ketakutan sehingga tanpa sadar aku memegang tangannya sekuat tenaga.
Merasa tidak enak dengannya, aku buru-buru melepaskan peganganku dari Eunhyuk oppa. Namja itu terlihat tampak kaget, namun ia buru-buru merubah mengalihkan pembicaraan.
“Selanjutnya kita mau ke mana?”
Aku berpikir sejenak. Aku memandang sekeliling dan melihat sebuah arena permainan yang sudah lama tidak aku naiki.
“Aku mau naik itu, oppa!” seruku sambil menunjuk ke arah bianglala raksasa.
“Ayo!” ajak Eunhyuk semangat.
Lagi-lagi namja ini menarik tanganku seenaknya. Mungkin bagi sebagian yeoja hal ini bukan masalah besar, begitu juga denganku. Eunhyuk sudah kuanggap sebagai oppa-ku sendiri, tapi kenapa jantungku selalu berdebar-debar setiap kali tubuhku bersentuhan dengannya?
“Mungkin kita harus mengantri agak lama,” kata Eunhyuk.
Ya, antrian bianglala ini memang panjang sekali. Yang mengherankan adalah bukan anak-anak yang mengantri, melainkan para pasangan remaja.
“Oppa, aku ingin ke Lotte World akhir minggu ini,” kataku saat menelepon Seungri.
“Bagaimana kalau kita jalan-jalan ke Eropa saja? Kita bisa melihat menara Eiffel, menara Pisa, jam Big Ben.”
“Asalkan ada oppa, kemana saja aku mau,” ujarku.
Lagi-lagi aku teringat pembicaraanku dengan Seungri oppa. Selalu saja kami berdua memiliki pemikiran yang berbeda. Tiba-tiba aku merasakan sebuah tangan merangkul pundakku. Refleks aku menengok ke arah Eunhyuk oppa yang berdiri di sampingku. Namun, namja ini sepertinya tidak menghiraukan tatapanku yang penuh tanda tanya. Ia malah menatap lurus ke depan, ke antrian yang tidak ada habisnya.
Aku menghela napas. Sudahlah, lagipula dengan penampilan Eunhyuk yang sekarang—kacamata hitam dengan mantel berwarna hitam dan celana jeans—membuat tak seorang pun mengenali kalau orang yang ada di sampingku ini merupakan Eunhyuk Super Junior.
Ketika sedang menunggu antrian, tak sengaja mataku menatap sesosok namja yang juga mengenakan kacamata hitam seperti Eunhyuk. Entah kenapa aku merasa mengenal sosok namja itu.
Tiba-tiba saja ada sebuah dorongan yang menyuruhku mengikuti namja itu. Aku melepas rangkulan Eunhyuk dan berlari mengejar namja tadi. Eunhyuk terlihat kaget. Ia bingung apakah harus mengejarku atau tetap berdiri di antrian karena sebentar lagi giliran kami tiba.
Aku membuntuti namja tadi. Rupanya ia tidak seorang diri. Ia bersama seorang yeoja berambut panjang. Yeoja itu terlihat bergelayut manja dengan namja tersebut. Namja itu akhirnya memeluknya yeoja tadi. Tidak hanya itu, namja tersebut membisikkan sesuatu pada yeoja tadi. Aku bisa melihat yeoja itu tersenyum malu-malu dan memukul dada bidang namja tersebut.
Tanpa disangka namja tersebut melepas kacamatanya saat dirasa tempat itu sepi. Betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa namja itu adalah…
Aku menutup mulutku. Air mataku mulai mengalir. Aku tak bisa menahannya. Sakit, sakit sekali hatiku melihat orang yang kucintai bermesraan dengan yeoja lain. Aku hanya berdiri terpaku melihat namja dan yeoja itu berdiri di depanku. Aku ingin sekali pergi dari tempat itu namun kakiku seakan tidak mau melangkah.
Tiba-tiba aku merasakan ada tangan yang menutup mataku. Itu adalah tangan Eunhyuk. Tangan kanannya menutup mataku, sementara tangan kirinya merangkulku dari belakang.
“Sudahlah, lupakan Seungri. Dia tidak pantas untukmu,” bisik Eunhyuk tepat di telingaku.
Ya, namja yang bermesraan dengan yeoja itu adalah Seungri, namjachinguku. Aku tidak bisa menghentikan air mataku. Kemudian Eunhyuk membalikkan badanku agar menghadap ke arahnya dan memelukku. Aku menangis sejadi-jadinya di pundaknya. Aku tidak ingin memikirkan Seungri. Saat ini yang ada di benakku hanyalah Eunhyuk oppa seorang.
“Kita sudah sampai,” kata Eunhyuk saat kami tiba di depan rumahku.
“Terima kasih, oppa,” ujarku tanpa memandang wajahnya. Aku buru-buru membuka pintu mobil. Aku merasa canggung berhadapan dengan Eunhyuk oppa setelah kejadian tadi.
*
Hari Keempat
Aku berdiri di depan cermin. Mataku masih terlihat sembab walupun saat mandi tadi aku sudah membasuhnya berulang-ulang. Ya, aku menangis semalaman. Aku benci Seungri oppa!
Drttt, drttt, handphone-ku bergetar. Ada SMS yang masuk. Dari Eunhyuk oppa.
If you are alone now, if you are sad, just turn around and look back. I’m behind you.
Aku langsung menengok ke belakang. Melalui jendela kamarku, aku melihat Eunhyuk sedang berdiri di depan rumahku. Buru-buru aku menyembunyikan mataku yang sembab dengan sedikit make up dan bergegas membuka pintu rumahku.
“Annyeong, my lady,” sapa Eunhyuk. “Cuaca hari ini cerah. Bagaimana kalau kita berjalan-jalan?”
“My lady?” aku mengernyitkan dahiku sebelum akhirnya kami berdua tertawa.
“Ayolah, oppa ingin mengajakmu ke tempat yang indah.”
Aku tersenyum. Eunhyuk oppa, dia selalu ada untuk menghiburku. Aku bersyukur sekali bisa mengenal oppa seperti dia. Dia sudah kuanggap seperti oppa sendiri.
“Baiklah oppa. Ayo kita berangkat!” ujarku bersemangat.
Eunhyuk melebarkan tangannya, memberi ruang agar tanganku bisa menggandengnya. Tanpa ragu, aku langsung merangkul lengannya. Kami berdua pun bergegas menuju mobil Eunhyuk.
*
Aku melirik Eunhyuk oppa yang tengah menyetir. Jujur, aku tidak tahu ia akan membawaku ke mana. Ke manapun boleh, asalkan Eunhyuk oppa ada di dekatku. Saat ini aku memang ingin sekali melupakan kejadian malam itu.
Mobil sedan merah milik Eunhyuk oppa yang terbuka membuat angin meniup-niup rambut panjangku yang sengaja ku gerai. Suasana nyaman seperti ini membuatku terbuai mengingat masa lalu. Masih teringat jelas di kepalaku hari itu, hari dimana Seungri mengungkapkan perasaannya padaku.
“Will you be mine?” ucap Seungri.
Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku. Aku terlalu kaget saat Seungri, senior di sekolahku menyatakan perasaannya padaku.
Seungri terus menatapku, menunggu jawaban yang akan keluar dari bibirku.
“Ya, oppa,” jawabku sambil tersenyum.
Sayangnya pada saat itu aku tidak tahu kalau seminggu kemudian Seungri akan pergi menjalani training demi meraih impiannya sebagai penyanyi.
“Pergilah,” ucapku pada Seungri.
“Kau tidak apa-apa?” tanyanya memastikan.
“Pergilah. Bukankah ini impian oppa dari dulu?” tanyaku seraya tersenyum padanya.
“Gomawo, Eunhye. Aku pasti akan kembali,” ujarnya sambil mengusap-usap kepalaku.
*
Eunhye, yeoja itu terlihat sangat memesona saat rambutnya melambai-lambai tertiup angin. Belum lagi leher jenjangnya yang putih mulus itu, membuatku ingin sekali…
Aishh, Hyukjae! Kau tidak boleh berpikir yang tidak-tidak! Ingat dia adalah dongsaengmu. Kamu harus menjaganya!
Aku melirik sekali lagi ke arah Eunhye. Yeoja itu terlihat seolah sedang memikirkan sesuatu. Aku tersenyum. Sebentar lagi aku akan membawanya ke tempat yang indah, tempat yang paling ia sukai.
“Pantai?” Eunhye menatapku tidak percaya.
Aku tersenyum menunjukkan deretan gigi putihku. “Kau suka?”
Eunhye mengangguk penuh antusias.
Butuh waktu tiga jam dari rumah kami menuju pantai ini. Aku sengaja memilih pantai ini karena pantai ini begitu sepi. Dua buah karang besar yang terletak di kiri kanan pantai ini membuat pantai ini tidak terlihat dari jalan raya. Aku sampai merasa kalau pantai ini milik kami berdua.
Tiba-tiba Eunhye berlari ke arah laut dan bermain air. Ia menyibak-nyibakkan air laut dengan tangannya. Lagi-lagi tingkah lakunya itu membuatku tersenyum. Aku senang ia bisa tertawa lepas lagi setelah kejadian yang menimpanya kemarin.
“Oppa, ayo sini!” teriak Eunhye.
Aku bergegas berlari ke arahnya.
*
“Oppa, ayo sini!” teriakku.
Eunhyuk oppa pun berlari ke arahku.
Aku tersenyum melihatnya. Dia benar-benar namja yang baik. Ia tahu apa yang kusukai, kuinginkan. Ia juga selalu ada di sisiku, menghiburku. Andai Seungri oppa pun bisa sepertinya.
“Oppa, ayo kita pergi ke pantai,” ajakku pada Seungri oppa di telepon.
“Jangan ke pantai, di sana panas, juga ramai,” jawabnya. “Ah, kita ke Pulau Jeju saja bagaimana?”
Aku mendengus kesal. Sampai kapan ia akan membuat janji yang tak kunjung ia tepati?
*
Tak terasa sudah lima jam Eunhyuk dan Eunhye bermain di pantai. Hari sudah sore, Eunhyuk mengajak Eunhye pulang karena ia takut kalau semakin sore, orang-orang akan berdatangan ke pantai ini. Apalagi hari ini Eunhyuk tidak membawa kacamata hitam. Bisa gawat kalau ada orang yang mengenalinya.
“Sebentar lagi ya, oppa,” rengek Eunhye.
“Baiklah, tapi jangan lama-lama!” Eunhyuk memperingatkan.
“Aaaaaaaaaa!” tiba-tiba Eunhye berteriak. Ada kepiting kecil yang masuk ke sandalnya. Refleks ia melepaskan sandalnya secara paksa. Karena terburu-buru, ia kehilangan keseimbangan.
“Awas!” Eunhyuk segera menangkap tubuh Eunhye. Sebenarnya ia sanggup menahan tubuh yeoja itu, namun ia lebih memilih untuk menjatuhkan tubuhnya bersama tubuh yeoja itu.
Brugh, mereka berdua jatuh ke pasir.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Eunhyuk yang saat ini ada di bawah Eunhye.
“A-aku…” mata Eunhye dan Eunhyuk saling bertatapan. Entah kenapa jantung Eunhye berdebar dengan keras dan pipinya mulai memerah.
Tiba-tiba Eunhye merasakan bibir Eunhyuk menyentuh bibirnya. Tangan kanannya menahan kepala yeoja itu, sementara tangan kiri Eunhyuk melingkari pinggang Eunhye. Eunhye berusaha melepaskan dirinya dari Eunhyuk, namun tenaganya tidak cukup kuat dari namja itu. Bibir Eunhyuk terus mendesak agar bibir Eunhye membuka, tapi yeoja itu menutup rapat bibirnya.
Eunhyuk mengigit bibir bawah Eunhye, membuat yeoja itu meringis kesakitan sehingga ia bisa leluasa memasukan lidahnya ke mulut yeoja itu.
Drttt, drttt, handphone Eunhyuk tiba-tiba bergetar, tetapi ia tidak memedulikannya. Eunhyuk tetap mencium Eunhye dengan ganas.
Eunhye seakan kembali kesadarannya. Ia berusaha melepaskan diri dari Eunhyuk saat namja itu lengah. Ciuman mereka pun terlepas. Mata mereka kembali bertemu.
Drttt, drttt, handphone Eunhyuk kembali bergetar. Buru-buru Eunhye bangkit dan langsung berlari menjauhi Eunhyuk. Eunhyuk yang saat ini terduduk di atas pasir hanya bisa memandang kepergian yeoja itu.
Drttt, drttt, handphone-nya bergetar lagi. Eunhyuk mengambilnya dari kantong celananya. Ia menatap layar handphone-nya. Dari Donghae.
“Yeoboseyo,” ucap Eunhyuk.
“Yeoboseyo, kau sedang apa?” tanya Donghae dari seberang telepon. “Oh iya, bagaimana hubunganmu dengan yeoja itu? Apa ada kemajuan?”
“Kau menghancurkannya,” jawab Eunhyuk kesal.
“Eh, waeyo?” tanya Donghae bingung. “Yeoboseyo, Eunhyuk-ah?”
Tanpa menjawab pertanyaan Donghae, Eunhyuk langsung menutup teleponnya. Ia membuka penutup handphone-nya dan melepaskan baterainya. 
*
Aku berlari ke jalan dan menghentikan taksi yang kebetulan lewat. Aku masih shock! Tubuhku tidak berhenti gemetar. Aku menyentuh bibirku. Mengapa Eunhyuk oppa bisa melakukan hal itu padaku? My first kiss…
*
Hari Kelima
“Mwo? Eunhyuk oppa…” Heejin menatap Eunhye tidak percaya.
“Eotteokae?” ucap Eunhye panik.
“Jadi Eunhyuk oppa suka padamu?” tanya Heejin antusias.
Eunhye terperangah mendengar perkataan Heejin. Apa iya Eunhyuk oppa menyukaiku, batin Eunhye. Ah, tidak. Ini tidak mungkin.
“Lalu, bagaimana hubunganmu dengan Seungri oppa?” tanya Heejin lagi. “Kau jadi putus dengannya?”
Eunhye menghela napas. “Entahlah, aku belum memutuskannya.”
Heejin menatap sepupunya lekat-lekat. “Kau lebih suka yang mana, dicintai atau mencintai?”
“Tentu saja dicintai,” jawab Eunhye cepat.
Heejin tersenyum. “Kau sudah tahu jawabannya.”
*
Hari Keenam
Keputusanku sudah bulat. Aku lalu memasangkan baterai handphone-ku. Kemarin aku sama sekali tidak mengaktifkan handphone-ku. Aku tidak mau menerima telepon atau SMS dari Seungri maupun Eunhyuk oppa.
Oppa, mungkin lebih baik kita mengakhiri hubungan kita…
Begitulah isi SMS-ku untuk Seungri oppa. Aku kembali mematikan handphone-ku dan melepas batereinya. Saat ini aku hanya ingin sendiri, menjauh dari Seungri maupun Eunhyuk oppa. 
*
Hari Ketujuh
Aku menatap kalender. Sudah dua hari ini Eunhye tidak membalas SMS maupun mengangkat teleponku. Sepertinya ia menonaktifkan handphone-nya. Bagaimana ini? Waktuku tinggal satu hari lagi. Apa sebaiknya aku ke rumahnya saja?
Ting, tong, Eunhyuk menekan bel rumah Eunhye. Clek, pintu dibuka. Namun, yang keluar bukanlah Eunhye melainkan eomma dari yeoja itu.
“Ah, nak Hyukjae. Eunhye baru saja keluar,” kata eommanya Eunhye.
“Oh, ya?” Eunhyuk tampak bingung. Sebenarnya hari ini ia hendak mengajak Eunhye menonton drama musikal sekaligus memberi yeoja itu beberapa kejutan lainnya yang sudah ia persiapkan tadi malam sekaligus meminta maaf atas perbuatannya pada yeoja itu kemarin.
“Tadi appanya Eunhye menelepon katanya ada barang yang harus diantarkan ke kantornya. Sebentar lagi juga dia pulang,” jelas eommanya Eunhye.
“Ahjuma, kalau aku boleh tau, dimana kantor appanya Eunhye?”
*
Akhirnya Seungri memiliki waktu luang. Jadwalnya memang padat sekali ahir-akhir ini. Ia kemudian memacu mobilnya menuju rumah Eunhye. Ia tidak habis pikir kenapa Eunhye tiba-tiba memutuskan hubunganya dengan Seungri.
Belum sampai di rumah yeoja itu, tak sengaja Seungri melihat Eunhye sedang memberhentikan taksi. Eunhye masuk ke dalam taksi tersebut. Tanpa berpikir panjang, Seungri pun langsung mengikutinya dari belakang.
Tak lama kemudian, taksi itu berhenti di sebuah gedung perkantoran. Gedung tersebut merupakan kantor appanya Eunhye. Seungri tahu karena dulu ia pernah mengantarkan Eunhye ke gedung ini.
 Seungri memarkirkan mobilnya di sembarang tempat. Ia lalu masuk ke gedung tersebut. Eunhye sudah lebih dulu masuk. Ia mengedarkan pandangannya ke segala penjuru mencari yeoja itu. Tak lama matanya menangkap sosok Eunhye yang masuk ke dalam lift. Seungri pun langsung berlari. Kedua tangannya menahan pintu lift agar tidak tertutup.
*
Aku membelalakkan mataku. Aku terkejut sekali saat menyadari bahwa tangan yang menahan pintu lift tersebut merupakan tangan Seungri oppa! Ia pun masuk ke dalam lift yang kunaiki. Jantungku berdebar sangat keras. Aku tidak tahu harus berbuat apa.
Seungri membalikkan badannya menghadap ke arahku. “Kenapa kau tiba-tiba meminta putus?” tanyanya.
Aku sebenarnya enggan menjawabnya. “Oppa seharusnya tahu apa alasanku.” Tanpa kusadari mulutku menjawab dengan sinis.
Seungri mendekat ke arahku, membuatku semakin merapat pada dinding lift.
“Apa salahku?” tanya Seungri sambil menatap lurus mataku dan mengunci tubuhku dengan kedua tangannya.
Aku membuang muka. Aku tidak sudi bertatapan dengan Seungri. Melihatku yang membuang muka, Seungri menangkup daguku dan mencium bibirku secara paksa.
Aku berusaha melepakan ciumannya, namun tenaganya terlalu kuat. Aku menendang kakinya sekuat tenaga. Seungri mengaduh kesakitan dan melepaskan ciumannya.
Air mataku mulai mengalir. Aku benci Seungri. Aku benci dengan apa yang ia lakukan padaku.
“A-apa belum cukup? Apa belum cukup dengan apa yang oppa lakukan padaku dua hari yang lalu?” tanyaku disela-sela isak tangis.
“Dua hari yang lalu?” Seungri balik bertanya.
“Ya, dua hari yang lalu. Oppa… oppa bermesraan dengan yeoja itu!”
Seungri terperangah. Ia terlihat seperti berpikir, kemudian ia tertawa sebelum akhirnya memelukku.
“Lepaskan!” aku meronta-ronta dipelukan Seungri.
“Kau salah paham,” jelas Seungri. “Yeoja yang bersamaku waktu itu, ia Seung Hyun Hyung noona.”
Aku terperangah, jadi yeoja itu noona-nya Seung Hyun oppa?
*
“Eunhye belum sampai kemari,” jawab appanya Eunhye.
Eunhyuk menghela napas kecewa. “Baiklah ahjussi, aku akan menunggu Eunhye di luar,” kata Eunhyuk. Ia pun beranjak dari ruangan tadi, tempat appa Eunhye. Ia berjalan menuju lift, hendak menunggu yeoja itu di sana.
Ting, terdengar suara dari arah lift. Eunhyuk menatap lekat-lekat lift tersebut, berharap Eunhye akan keluar dari dalam lift. Namun begitu pintu lift terbuka, ia terperangah. Ia melihat yeoja yang dicintainya berpelukan dengan Seungri, namjachingunya.
Eunhyuk mengumpulkan sisa-sisa kesadarannya. Ia kemudian berbalik, berjalan menuju tangga darurat. Ia tidak ingin Eunhye maupun Seungri melihatnya.
Seakan teringat sesuatu, Eunhyuk merogoh saku celananya. Ia menatap dua tiket drama musikal Ryeowook yang ada di tangannya. Padahal dongsaengnya itu sudah memberinya tiket, tapi ia malah menyia-nyiakannya. Eunhyuk lalu merobek tiket itu, dan membuangnya ke tempat sampah yang ada di dekatnya.
Maaf Ryeowook-ah, mungkin lain kali aku akan menonton drama musikalmu, batin Eunhyuk. Ia pun melanjutkan langkahnya menuruni tangga darurat. 
*
“Kau tidak bersama Hyukjae?” tanya appaku. “Ia tadi ke sini. Kau tidak bertemu dengannya?”
Eh, Eunhyuk oppa ke sini, batinku. Gedung ini memang memiliki dua lift, tapi bukankah hanya ada satu lift yang sampai ke lantai 30?
Selama aku berada di mobil Seungri, aku tidak bisa berhenti memikirkan Eunhyuk. Memang aku telah menghindar darinya selama dua hari ini, tapi ia sampai pergi ke kantor appa-ku demi menemuiku?  Eunhyuk oppa, apa sebenarnya yang ada di pikiranmu?
“Apa maksud appa-mu tadi adalah Eunhyuk yang sering kau ceritakan itu?” Seungri bertanya saat lampu merah.
“Ne,” jawabku singkat. “Oh iya oppa, antarkan aku ke rumah Eunhyuk oppa ya?” pintaku pada Seungri.
Seungri mengangguk.
“Eunhye?” sahut eomma-nya Eunhyuk. “Hyukjae, dia sudah kembali ke dorm.”
“A-apa?”
“Oh iya, sebelum pergi, Hyukjae tadi menulis surat ini untukmu,” kata eommanya lagi sambil menyerahkan selembar surat pada Eunhye.
           
            Untuk, Eunhye
            Saat kau membaca surat ini pasti aku sudah pergi, dan aku belum sempat meminta maaf padamu. Mianhae, atas perbuatanku tempo lalu. Aku melakukan itu karena aku mencintaimu. Gomawo untuk waktu yang telah kau berikan selama ini.
            Seperti yang telah aku katakan sebelumnya, aku sangat mencintaimu. Karena rasa cinta itu, aku menginginkan kau bahagia, begitu juga kebahagianku. Aku senang melihatmu bahagia walaupun kebahagian itu tidak bisa kau dapatkan bila bersamaku.
            Berbahagialah bersamanya…
            Dari orang yang mengharapkan kebahagianmu, Eunhyuk

Tanpa terasa air mataku menetes. Aku tidak ingin Eunhyuk oppa pergi. Aku belum sempat mengatakan padanya kalau aku, aku…
“Eunhye,” ujar Seungri oppa seraya mengangkat wajahku.
“O-oppa, aku…”
“Ssssttt!” dengan lembut Seungri menempelkan telunjuknya di mulutku, mengisyaratkan agar aku tidak bicara lagi. “Jika kau memang mencintainya, pergilah.”
“O-oppa?” aku terperangah tidak dapat berkata apa-apa.
“Sepertinya ia belum jauh, ayo kita bergegas!”
Aku dan Seungri oppa buru-buru naik ke mobilnya. Ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
*
Ciitttt, sopir yang mengemudikan mobil yang ditumpangi Eunhyuk mengerem mendadak.
“Ada apa?” tanya Eunhyuk sedikit panik.
“Mianhe, tuan. Ada sebuah mobil yang menghadang mobil kita,” jawab sang supir.
Eunhyuk menengok ke depan melalui kaca mobil, ia melihat sebuah mobil menghalangi mobilnya. Kemudian tampak seorang yeoja yang sudah sangat dikenalnya keluar dari mobil tersebut. Tanpa basa-basi lagi, Eunhyuk pun turun dari mobilnya dan menghampiri yeoja yang ternyata adalah Eunhye.
“Oppa, aku, aku…” entah kenapa Eunhye tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.
“Tuan, kita harus bergegas. Kita hampir terlambat,” ucap sang sopir.
Eunhyuk menoleh dengan sebal ke arah si sopir. “Aku tahu!”
“Oppa, kau salah,” isak Eunhye seraya memukul-mukul dada Eunhyuk sambil memegang surat dari namja itu.
Eunhyuk bingung dengan reaksi Eunhye, tapi ia tahu  pasti kalau itu karena surat yang ia tulis.
“Kau salah, oppa!” teriak yeoja itu. “Kebahagianku adalah bersamamu.”
Eunhyuk menatap Eunhye tidak percaya. Apa ia salah dengar?
“Oppa, saranghae.” Akhirnya kalimat itu keluar dari mulut yeoja itu.
Eunhyuk menatap Eunhye dengan takjub sebelum akhirnya ia menunjukkan senyum manisnya. “Nado,” ucap Eunhyuk.
Eunhyuk menarik leher yeoja itu. Ia mencium bibir Eunhye dengan lembut. Namun, kali ini Eunhye tidak menolak ciumannya. Yeoja itu membalas ciuman Eunhyuk.
*
Seungri menatap pasangan tersebut dengan tatapan kosong. Sakit sekali rasanya ketika melihat yeoja yang ia cintai berciuman dengan namja lain. Tapi, jika ini demi kebahagian yeoja yang dicintainya, ia akan melakukan apapun sekalipun hal itu dapat menyakitinya. 
Seungri mencoba untuk tersenyum. Ia berusaha untuk menghapus rasa sakit di hatinya dan menggantinya dengan rasa bahagia. Ia lalu membuka pintu mobilnya dan melajukan mobilnya. Namja itu merasa ada sesuatu yang panas hendak mengalir dari matanya. Jangan menangis Seungri, batinnya.
*
“Donghae-ah, aku berhasil,” ucap Eunhyuk di telepon.
“Chukkae!” teriak Donghae spontan. “Lalu dimana dia sekarang? Kau sedang bersamanya?”
Eunhyuk melirik ke sampingnya, ke arah yeoja yang sedang tertidur pulas. Kepala yeoja itu bersender pada pundak Eunhyuk.
“Ia sedang tidur,” jawab Eunhyuk.
“Bagaimana kau bisa membuatnya jatuh cinta padamu dalam tujuh hari? Aku masih tidak percaya,” kata Donghae penasaran.
“Aishhh, bukankah dulu kau yang menyemangatiku, kenapa kau malah tidak percaya? Baiklah nanti aku ceritakan,” balas Eunhyuk. “Oh iya, ngomong-ngomong kau sudah menyiapkannya?”
“Maksudmu menyiapkan ‘itu’? Tentu saja sudah,” jawab Donghae.
“Sebantar lagi kami sampai di Seoul. Semoga saja Eunhye menyukai kejutan yang kubuat,” tukas Eunhyuk tersenyum sambil membelai kepala yeoja yang tidur di sebelahnya.
***

Thanks For Read it ^^