BTS

BTS
BTS

Sunday, March 27, 2011

Saying Good Bye, Is It Easy For you? (Sequel Our Love Part 1/4)



Super Junior Fanfic
Main cast: Sungmin, Siwon, You/Hyobin (as readers)
Support cast: Kyuhyun, Hyunmi
Genre: romance
Ratings: General/All ages
Author:@khansa_aquaizan / Song Sanra



Saying Good Bye, Is It Easy For you?


“Halo,” katamu mengangkat handphone. “Apa benarkah?” ujarmu kemudian dengan ekspresi wajah yang cerah. “Apa lusa?” Kamu sedikit memberengut. “Baiklah, aku mengerti akan kuusahakan,” sahutmu sambil menutup handphone.
“Ada apa?” tanya sahabatmu penasaran.
Kamu menatap sahabatmu sambil tersenyum. “Kau tahu, Siwon oppa akan bermain dalam film itu!” katamu dengan antusias.
“Film apa?” tanya sahabatmu tidak mengerti.
“Film yang skenarionya kubuat. My Prince!”
“Oh cerita itu…” tukas sahabatmu datar. “Apa! Siwon?” Seakan baru disambar petir, sahabatmu tiba-tiba menyadari bahwa yang akan bermain dalam film itu adalah Siwon, salah satu member Super Junior yang paling akrab dengan kalian.
“Ya, dan lusa aku harus ke Taiwan,” lanjutmu.
“Lalu bagaimana dengan janjimu bersama Sungmin?” tanya sahabatmu lagi.
“Tenang saja, akan kuatur,” katamu menenangkan.
*
“Maafkan aku, Hyo-chan. Proses syuting ‘President’ agak terlambat jadi…” Belum sempat Sungmin melanjutkan kata-katanya, kamu tiba-tiba angkat bicara.
“Kenapa ponselmu kau matikan?” tanyamu berusaha untuk tetap tenang walaupun dalam hati kamu kesal setengah mati.
“Ah, maaf aku lupa,” kata Sungmin sambil mengecek ponselnya. “Oh iya, katamu hari ini ada yang mau kau bicarakan. Apa itu?”
“Sebenarnya… hari ini aku akan pergi ke Taiwan.”
“Apa! Taiwan?” tanya Sungmin kaget. “Kenapa kau tidak mengatakannya dari awal?”
“Karena aku tidak ingin mengganggumu,” jawabmu jujur. “Akhir-akhir ini kau selalu sibuk. Mulai dari syuting, konser, kau bahkan tidak memiliki waktu untuk sekadar meneleponku,” katamu sinis.
“Aku…” Sungmin hendak membela dirinya, namun ia mengurungkan niatnya.
“Waktu itu kau pernah bertanya padaku mana yang lebih penting kau atau pekerjaanku,” ujarmu lagi. “Sekarang giliran aku yang bertanya, mana yang lebih penting aku atau pekerjaanmu?”
Sungmin tidak bergeming. Ya, dulu ia memang mengatakan hal seperti itu. Namun pada kenyataannya, ialah yang sekarang lebih mementingkan pekerjaannya.
“Kau tahu, akhir-akhir ini aku menyadari kalau kita berdua sama-sama sibuk dan tidak memiliki waktu untuk bertemu satu sama lain,” ujar Sungmin dengan serius. “Belum lagi jika kita bertemu, entah kenapa kita selalu bertengkar,” tukasnya sambil menghela napas.
Kamu hanya membisu. Benar juga, belakangan ini kalian memang seperti itu.
“Aku mulai bertanya-tanya pada diriku sendiri, apa kita memang sepasang kekasih atau hanya…” omongan Sungmin terputus olehmu.
“Apa kita harus mengakhiri hubungan kita untuk sementara?” Tiba-tiba kata-kata tersebut terlontar dari mulutmu.
Sungmin menatapmu dengan tidak percaya. “Kalau itu memang maumu, aku setuju,” sahut Sungmin.
“Kalau begitu, aku pergi dulu,” katamu sambil meraih mantel yang disampirkan di kursi dan menarik kopermu.
Sungmin menatap kepergianmu tanpa berkata sepatah kata pun. Sebenarnya dalam hatinya, Sungmin tidak ingin mengakhiri hubungannya denganmu. Tapi, mungkin ini cara terbaik yang harus kalian lalui. Kamu bahkan tidak menoleh ke arahnya. Andaikata kamu menoleh ke arahnya sebelum meninggalkannya, Sungmin akan mengejarmu dan meminta maaf padamu.
Kamu berjalan pergi meninggalkan Sungmin. Kamu menyesal telah mengucapkan kata-kata seperti itu. Kamu ingin sekali menarik kembali perkataanmu tadi. Kamu masih menyayangi Sungmin dan tidak ingin putus dengannya. Dalam hati kamu berharap Sungmin akan mengejarmu dan mencegahmu untuk pergi ke Taiwan. Namun ternyata harapanmu sia-sia. Mungkin ini memang jalan yang terbaik bagi kalian berdua.
*
“Ada apa hyung?” tanya Kyuhyun yang melihat Sungmin tidak bersemangat seperti biasa. “Apa hyung sedang ada masalah?”
“Aku putus dengan pacarku,” jawab Sungmin.
“Eh, apa?! Hyung serius?”
Sungmin hanya mengangguk.
“Hyung, kau harusnya pikirkan masak-masak sebelum memutuskannya. Aku tahu hyung masih mencintainya dan kurasa pacar hyung juga masih mencintai hyung,” bujuk Kyuhyun. “Atau begini saja, bagaimana kalau hyung membuatnya cemburu untuk membuktikan apakah pacar hyung masih mencintai hyung atau tidak?”
Sungmin menatap Kyuhyun. Mungkin ia dapat memakai ide dongsaengnya itu.
*

“Apa, kau putus dengan Sungmin?” teriak sahabatmu dari dalam telepon.
Refelks kamu menjauhkan telingamu dari handphone. “Kau mau membuatku tuli?” hardikmu.
“Jangan terlalu cepat mengambil keputusan. Aku tahu kau masih mencintainya,” ujar sahabatmu lembut.
“Tapi…”
“Bagaimana kalau kau membuat Sungmin cemburu agar kau tahu apakah ia masih menyukaimu atau tidak?”
“Eh, bagaimana caranya?”
“Aku akan ke Taiwan sekarang juga,” kata sahabatmu seraya menutup telepon.
Ting Tong, terdengar suara bel dari kamar hotelmu. Kamu langsung membuka pintu kamar hotelmu tanpa melihat terlebih dahulu siapa yang datang karena mengira yang datang adalah pegawai Hotel.
“Hai!” sapa seorang pria yang masuk ke penginapannya.

Seulas senyum mengembang diwajahmu. Dihadapanmu berdiri seseorang yang sudah tidak asing lagi. “Siwon oppa!”
“Apa kabar?” tanya Siwon kemudian.
“Baik,” jawabmu. “Bagaimana denganmu?”
“Aku juga baik. Oh iya bagaimana kabar Sungmin?” tanya Siwon lagi.
Kamu terdiam sejenak. Kamu teringat akan pertengkaraannmu dengan Sungmin tadi.
“Ada apa?” Siwon menundukkan kepalanya untuk melihat wajahmu.
“Ah… ia baik-baik saja,” katamu agak terbata-bata.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Siwon cemas.
“Tidak, aku tidak apa-apa,” jawabmu dengan senyum dipaksakan. “Mungkin aku sedikit jetlag.”
Tanpa disangka-sangka, Siwon langsung meletakan kedua tangannya di pelipismu dan meminjat kepalamu. “Bagaimana? Sudah agak baikan?” tanya Siwon sambil terus memijat.
Kamu menjadi salah tingkah. Kamu hanya bisa mematung sementara Siwon memijatmu. Tak lama kemudian, Siwon berhenti memijat. Ia menuntunmu ke tempat tidur.
“Tidurlah,” ujar Siwon sambil membuka selimut. “Lebih baik kau beristirahat.”
Kamu menuruti perintahnya dan naik ke atas tempat tidur. Siwon kemudian menyelimutimu.
“Selamat tidur,” kata Siwon sambil mengusap-usap kepalamu seperti yang biasa ia lakukan terhadapmu. Kau sudah menganggap Siwon seperti kakakmu sendiri, begitupun dengan Siwon yang menganggapmu sebagai adik sendiri.
*

Pantai! Kamu sangat girang karena lokasi syuting hari ini merupakan tempat favoritmu. Dengan menggunakan terusan berwarna pink selutut, kamu bermain-main di laut. Mencari cangkang kerang untuk dijadikan koleksi, seperti yang kamu lakukan bersama Sungmin tahun lalu. Kamu terdiam. Kamu teringat kembali akan pertengkaranmu dengan Sungmin kemarin.

Tanpa kamu sadari, ada seorang pria yang sedang memperhatikanmu. Ia merasa ada yang aneh darimu. Ia ingin bertanya padamu, tapi…
“Siwon oppa!” teriak sahabatmu, membuyarkan lamunan Siwon oppa yang sedari tadi memperhatikanmu.
“Ah… bagaimana kau bisa tahu aku ada di sini?” tanya Siwon kaget melihat sahabatmu.
“Aku baru saja tiba di Taiwan dan petugas hotel mengatakan kalau kalian sedang syuting di dekat sini,” jelas sahabatmu. “Oh iya, ngomong-ngomong apa oppa melihat…”
“Oh, dia sedang berenang,” jawab Siwon tahu apa yang ingin sahabatmu tanyakan sambil masih melihat laut tempat dimana kamu sedang menyelam.
“Berenang?” sahabatmu tertawa. “Ia tidak mungkin sedang berenang. Pasti dia ada di sekitar sini. Dia kan tidak bisa berenang,” cetusnya.
Siwon menatap sahabatmu dengan penuh tanda tanya. Kamu tidak bisa berenang? Kalau begitu… Tanpa ragu-ragu lagi Siwon langsung berlari ke laut, ke tempat dimana terakhir kali ia melihatmu muncul di permukaan. Ia pun menyelam, mencarimu dan akhirnya menemukanmu yang sudah tenggelam dan kehilangan kesadaran.
Siwon segera menarik tubuhmu ke atas permukaan. Tangan kirinya menarik tubuhmu, sementara ia berusaha berenang hanya dengan tangan kanannya. Ketika air laut sudah lebih rendah, Siwon mengangkat tubuhmu dengan kedua tangannya.
Sahabatmu berlari menghampiri kalian berdua begitu juga dengan kru yang ada disekitar situ. Sahabatmu memanggil-manggil namamu. Ia hampir menangis saat melihatmu tidak sadarkan diri.



Siwon menepuk-nepuk pipimu, berusaha menyadarkanmu. Namun tidak berhasil. Kau masih tetap belum sadarkan diri. Siwon akhirnya menundukkan kepalanya dan memberimu napas buatan.
Sahabatmu yang tadi berlutut didekatmu buru-buru berdiri, tidak ingin menghalangi Siwon yang sedang berusaha membuatmu sadar. Siwon kemudian menekan-nekan perutmu. Kamu terbatuk-batuk dan mengeluarkan air laut yang tadi sempat tertelan.
“Kau tidak apa-apa?” tanya Siwon sambil menyangga lehermu dengan tangan kirinya.
“A-aku…”
Melihat kondisimu yang seperti itu, Siwon pun menggendongmu dan membawamu kembali ke kamar sementara sahabatmu mengikuti dari belakang. Siwon kemudian membaringkan tubuhmu di atas tempat tidur. Ia lalu menoleh ke arah sahabatmu.
“Jaga dia baik-baik,” pinta Siwon pada sahabatmu. “Dan tolong ganti bajunya, aku tidak ingin dia masuk angin,” katanya sambil melirik ke arahmu yang terbaring lemas di tempat tidur.
Sahabatmu hanya bisa mengangguk. Ia terpukau pada tatapan Siwon terhadapmu. Ia tidak pernah melihat Siwon setampan ini, bahkan di drama yang Siwon mainkan.
Siwon mengelus pipimu dengan lembut sebelum akhirnya ia meninggalkanmu dan sahabatmu di kamarmu.
*
Kyuhyun menyalakan laptopnya. Seperti biasa, ia ingin bermain Star Craft. Namun, sebelum bermain, ia dengan isengnya membuka web browser dan mencari berita terbaru tentang Super Junior.
Matanya sibuk mencari-cari berita menarik tentang Super Junior, sampai akhirnya matanya terpaku pada sebuah foto. Diperbesarnya foto itu dan ia melihat Siwon sedang mencium seorang gadis.
Kyuhyun mencari-cari foto yang lain. Ia yakin sekali kalau foto itu bukan diambil dari adegan dalam film yang dimainkan oleh hyung-nya. Sampai akhirnya ia melihat foto Siwon menggendong seorang gadis yang ternyata adalah…

“Kyuhyun, apa kau melihat tas ku?” tanya Sungmin yang tiba-tiba masuk ke ruang ganti.
“Ah… Sungmin…” Kyuhyun buru-buru berdiri di depan laptop-nya untuk menutupi layar.
“Apa yang kau sembunyikan?” tanya Sungmin curiga melihat tingkah laku Kyuhyun.
“Ti… tidak, bukan apa-apa,” kata Kyuhyun masih terus berdiri menutupi laptop-nya.
Karena penasaran, Sungmin pun mendekati Kyuhyun dan memaksa Kyuhyun untuk menyingkir. Kyuhyun berusaha untuk tetap pada pendiriannya, namun usahanya sia-sia. Ia terkecoh oleh gerakan Sungmin dan Sungmin pun akhirnya menatap layar laptop milik Kyuhyun. Seketika itu juga Kyuhyun melihat ekspresi Sungmin yang belum pernah ia lihat selama ini.  

To Be Continued... 


***


Thanks for read it ^^

Friday, March 25, 2011

Our Love






Super Junior Fanfic
Main cast: Sungmin, You/Hyobin (as readers)
Support cast: Kyuhyun, Hyunmi
Genre: romance
Ratings: General/All ages
Author:@khansa_aquaizan / Song Sanra





Our Love

“Kau jadi pergi ke taman hiburan dengan Sungmin oppa?” tanya sahabatmu padamu.

“Tentu saja, kami akan merayakan malam tahun baru bersama sekaligus merayakan ulang tahun Sungmin oppa,” jawabmu sambil tersenyum. “Aku tidak sabar menunggu datangnya hari itu.”
“Itu kan masih satu minggu lagi,” ujar sahabatmu mengingatkan. “Oh iya, kau akan memberikan hadiah apa untuknya?” tanyanya.
“Ra-ha-si-a!”
“Kenapa kau tidak mau memberitahuku? Memangnya aku tidak bisa dipercaya?” protes sahabatmu.
“Tentu saja! Kalau aku memberitahumu, kau pasti akan cerita pada Kyuhyun oppa, dan ia akan memberitahu Sungmin oppa,” jelasmu pada sahabatmu yang merupakan pacar Kyuhyun dengan tatapan mencemooh.
Tiba-tiba terdengar alunan lagu Baby, Baby, ternyata itu adalah suara handphone milikmu. Kamu buru-buru mengambil handphone yang ada di dalam tas.
“Annyeonghaseyo,” katamu saat mengangkat telepon. “Apa deadline?!” katamu kemudian. “Kenapa harus tanggal segitu? Memangnya tidak bisa diundur?” tanyamu.
“Tidak bisa! Pokoknya 31 Desember!” teriak seseorang dari dalam telepon. Saking kerasnya sahabatmu dapat mendengarnya sementara kamu menjauhkan telingamu dari handphone. Lalu terdengar suara telepon yang terputus.
“Deadline?” tanya sahabatmu penasaran.
“Sepertinya aku harus menyelesaikan naskahku sebelum tanggal 31 Desember,” ujarmu. “Tapi… aku tidak yakin. Masih ada 100 halaman lagi yang harus kuselesaikan.”
“Ayolah, kau pasti bisa! Ingat ini kan demi ulang tahun pacarmu.” Sahabatmu menyemangatimu yang terlihat hampir putus asa.
“Aku akan berusaha semampuku,” katamu lesu.
“Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu, ya! Aku tidak ingin mengganggumu. Fighting!”
“Tunggu!”
“Ada apa lagi?”
“Jangan ceritakan Kyuhyun oppa, apalagi Sungmin oppa tentang hal ini,” pintamu.
“Baiklah, aku janji. Aku pulang dulu, ya!”
*
Tanggal 30 Desember, batinmu saat melihat kalender. Walaupun kamu sudah berusaha mati-matian untuk menyelesaikan naskah, namun kamu hanya dapat mengerjakan 50 halaman. Masih ada minimal 50 halaman lagi dan kamu sudah kehabisan ide. Belum lagi jika memikirkan bahwa hadiah yang kamu persiapkan untuk pacarmu ternyata belum selesai. Kamu menghela napas. Bagaimana ini? Haruskah kamu membatalkan janjimu dengan Sungmin?
Alunan lagu Baby-baby menghiasi apartemenmu, rupanya ada telepon yang masuk. Kamu ragu-ragu untuk melihat siapa yang menelepon. Bagaimana jika Sungmin yang meneleponmu? Atau editormu yang galak akan mengingatkanmu lagi tentang deadline yang hampir membuatmu gila? Sambil mengepalkan tanganmu, kamu memberanikan diri untuk melihat layar handphonemu. Ternyata itu adalah telepon dari sahabatmu.
“Annyeonghaseyo,” katamu dengan suara yang dibuat terdengar riang.
“Maaf kalau aku mengganggumu, tapi apa kau sudah menyelesaikan naskahmu?” tanya sahabatmu khawatir.
“Ya, sedikit lagi,” jawabmu bohong, tidak ingin membuat sahabatmu cemas.
“Syukurlah kalau begitu, aku baru tahu hari ini dari Kyuhyun oppa, kalau Sungmin oppa menolak tawaran tampil di acara MNet! Countdown edisi spesial untuk tahun baru. Kau tahu kan itu adalah acara yang sangat beken di Korea. Ia melakukannya demi dirimu,” jelas sahabatmu semakin membuatmu merasa bersalah.
Kamu terdiam.
“Aku tidak sabar membaca naskahmu. Berjuanglah!”
“Ya, terima kasih,” katamu seraya menutup teleponnya.
Tubuhmu terasa lemas. Kamu merasa sangat bersalah. Apa yang harus kamu lakukan? Ya, tentu saja! Bagaimanapun caranya kamu harus menyelesaikan naskahnya. Baru saja kamu hendak melanjutkan kerjaanmu, tiba-tiba terdengar bunyi bel dari pintu apartemenmu.
“Hai, Hyo-chan!” kata orang yang baru datang sambil tersenyum manis.
Deg, jantungmu berdebar dengan keras. Satu-satunya orang yang memanggilmu Hyo-chan hanyalah…
“Sungmin oppa? Ada apa kemari?” tanyamu berusaha agar suaramu tidak terdengar gugup.
“Aku hanya rindu denganmu,” kata Sungmin seraya memelukmu.
Kamu bisa merasakan tubuhnya yang hangat. Pelukannya membuatmu mendapatkan kekuatan untuk menyelesaikan naskahmu. Sungmin kemudian melonggarkan pelukannya. Ia menatapmu dengan lembut, sebelum akhirnya dia memejamkan matanya dan menciummu. Kamu tidak menyangka Sungmin akan melakukannya. Kamu ikut memejamkan matamu secara naluriah.
Kamu memalingkan wajahmu, tidak ingin Sungmin melihat wajahmu yang memerah. “Oppa sudah makan?” tanyamu kemudian.
“Ehmmm, belum. Kau sudah?” Sungmin balik bertanya.
“Aku juga belum. Bagaimana jika kubelikan kimchi?”
“Baiklah. Ayo!”
“Oppa disini saja. Biar aku yang membelinya,” paksamu.
*
Lagu Baby, Baby terdengar dari handphonemu. Kamu lupa membawa handphone saat membeli kimchi. Tanpa berpikir panjang, Sungmin pun mengangkat teleponmu.
“Halo… Ya, ia sedang keluar. Ada yang ingin saya sampaikan? ... Apa? Deadline? …” Akhirnya orang yang menelepon ke handphonemu menutup teleponnya. Sungmin mengerutkan keningnya, sibuk memikirkan sesuatu.
“Aku pulang,” katamu tak lama kemudian.
“Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?”
“Apa?” tanyamu tidak mengerti.
“Mengenai deadline…”
Deg, jantungmu berdetak kencang. Dari mana Sungmin tahu hal itu, batinmu.
“Jawab aku, Hyo-chan!” bentak Sungmin.
“A… aku hanya tidak ingin membuatmu cemas,” katamu jujur.
Sungmin berjalan ke arahmu, memojokkanmu ke tembok, mengurungmu dengan kedua tangannya, dan menatapmu lekat-lekat. “Berapa halaman lagi yang belum kau selesaikan?” tanya Sungmin.
“Lima puluh…”
“Sebanyak itu?”
Kamu mengangguk.
“Sudahlah, kau tidak usah menyelesaikannya,” bentak Sungmin pada akhirnya sambil melepaskan tangannya.
“Apa? Tapi kenapa?” tanyamu kaget. “Lebih baik aku membatalkan acara kencanku daripada aku tidak menyelesaikannya.”
Sungmin mendesah keras. “Aku tidak suka kalau kau terlalu terpaku pada deadline. Saat dedline sudah dekat, kau pasti tidak ingin menemuiku. Kau selalu bilang bahwa kau ingin berkonsentrasi pada naskahmu. Aku sudah lelah dengan semua itu,” katanya dingin tanpa memandang ke arahmu.
“Tapi, ini kan pekerjaanku.” Kamu membela pekerjaanmu.
“Begitu kita menikah, kau tidak perlu bekerja lagi. Jadi, berhentilah!”
“Kau tidak bisa bicara semudah itu, bagiku…”
Sungmin menatapmu dengan tajam. “Bagimu mana yang lebih penting? Aku atau pekerjaanmu?” tanyanya  seraya memandangmu lekat-lekat.
“A… aku…”
“Kalau kau lebih mementingkan pekerjaanmu, lebih baik kita putus saja,” kata Sungmin dengan nada tinggi seraya berjalan menuju pintu apartemenmu, dan keluar dengan membanting pintu.
*
“Ah, hyung. Kenapa hyung  lesu sekali?” tanya Kyuhyun saat melihat Sungmin yang baru pulang ke dorm mereka.
“Hari ini aku bertengkar dengan pacarku,” kata Sungmin seraya merebahkan dirinya di atas sofa.
“Bertengkar kenapa?” tanya Kyuhyun penasaran.
“Dia lebih mementingkan pekerjaannya daripada aku,” jelas Sungmin.
“Menurutku pacarmu bukan orang yang seperti itu. Ia pasti punya alasan sendiri,” bela Kyuhyun.
“Aku sudah menolak tawaran MNet demi acara kencanku dengan pacarku, tapi kenapa ia sendiri… Aku iri padamu, kau dan pacarmu selalu terlihat serasi dan tidak pernah bertengkar.”
Kyuhyun tertawa.
“Apanya yang lucu?” tanya Sungmin.
“Tidak, aku hanya…” omongan Kyuhyun terputus karena ia kembali tertawa. “Maksudku, kurasa hyung salah paham. Aku dan pacarku tentu saja pernah bertengkar. Namun, kami akan segera berbaikan kembali dengan cepat.”
“Oh, ya? Bagaimana bisa?” tanya Sungmin.
“Karena kami berdua saling pengertian. Itulah salah satu sifat terpenting yang harus dimiliki oleh setiap pasangan kekasih,” kata Kyuhyun bangga karena baru kali ini ia menasehati hyung-nya.
“Lalu, menurutmu aku harus bagaimana?” tanya Sungmin
“Sini kubisikkan,” kata Kyuhyun sambil menggatakan beberapa patah kata di telinga Sungmin. 
*
Alunan lagu Full of Happiness yang lembut membangunkanmu yang sebenarnya masih ingin terlelap. Kamu memaksakan dirimu untuk menghentikan alarm di hanphone meskipun sebenarnya kamu masih ingin mendengarkan lagu tersebut, rindu pada orang yang menyanyikan bait pertama lagu itu. Kamu terduduk diatas tempat tidur. Mengerjap-ngerjapkan matamu sekali lagi dan berpikir. Bukankah kamu berada di ruang tamu tadi malam? Kenapa sekarang ada di tempat tidur? Apa kamu tanpa sadar bangun pada tengah malam dan pindah ke kamar? Itu semua membuatmu pusing…
Kamu kemudian beranjak ke ruang tamu, hendak menyelesaikan naskah. Namun, saat menyalakan netbook-nya yang masih dalam keadaan standby, tiba-tiba muncul foto dirimu bersama dengan Sungmin. Foto tersebut diambil saat kamu dan Sungmin merayakan tahun baru di pantai tahun lalu. Dalam foto tersebut terlihat jelas kamu sedang memandang ke arah kamera, sementara Sungmin tidak fokus pada kamera melainkan menatapmu lekat-lekat. Seingatmu, kamu baru pertama kali melihat foto ini.
Seakan teringat oleh sesuatu, kamu pun mendapat ide dan segera menyelesaikan naskah. Bagaimanapun caranya kamu harus menyelesaikan naskah sebelum pukul 8 malam, saat kamu kencan dengan Sungmin. Saat hendak mengetik terdapat tulisan ‘Good Luck!’ di komputermu. Kamu pun tersenyum. Terima kasih, kau memang sahabat terbaikku, batinmu yang menyangka bahwa itu adalah kerjaan sahabatmu.
*
Jam 9, sudah terlambat. Bagaimana ini? Alunan lagu Baby Baby kembali mengalun. Ternyata itu telepon dari sahabatmu.
“Halo, ada apa?”
“Kenapa kau belum juga datang? Naskahmu belum selesai?”
“Sudah, hanya saja… Aku sudah terlambat…”
“Jangan berkata seperti itu, masih ada waktu,” kata sahabatmu memberi semangat.
“Mungkin aku sudah putus dengannya,” katamu lagi.
“Aku tidak mau tahu, pokoknya kau harus datang ke villa milik Kyuhyun, atau persahabatan kita putus sampai disini,” ancam sahabatmu.
“Tapi…”
“Jangan lupa bawa hadiah untuk Sungmin, jika kau tidak mau memberikannya secara langsung, biar aku atau Kyuhyun saja yang mewakilkanmu untuk memberikan hadiah,” ujar sahabatmu sambil menutup telepon dengan kasar.
Dengan perasaan yang masih kacau, kamu mengganti bajumu dan bersiap-siap untuk pergi ke villa milik Kyuhyun. Aku tidak yakin ia masih mau menemuiku, batinmu. Kamu melihat hadiah yang kamu persiapkan untuk Sungmin. Hadiah itu buatanmu sendiri. Namun karena deadline, kamu terburu-buru menyelesaikannya sehingga hasilnya kurang maksimal.
“Maaf aku terlambat,” sahutmu ketika sampai di beranda villa milik Kyuhyun tepat pukul 11.55.
“Hyo-chan?” Terdengar suara Sungmin yang tampak kaget melihat kedatangan Hyobin.
“Oppa? Kenapa kau ada disini?” tanyamu yang juga kaget.
“Kyuhyun yang memintaku ke sini. Bagaimana denganmu?” Sungmin balik bertanya.
“Pacarnya yang menyuruhku,” jelasmu. “Jangan-jangan mereka berdua…”
Tiba-tiba terdengar suara kembang api yang sangat keras. Refleks mereka berdua memandang ke langit dan melihat kembang api bewarna-warni menghiasi langit.
“Happy New Year! Selamat ulang tahun Sungmin!” teriak sahabatmu dan Kyuhyun dari beranda lantai 2 yang terletak tepat di atasmu dan Sungmin.
Sungmin hanya tertawa, tidak tahu haru mengatakan apa. “Dasar kalian berdua ini…”
“Selamat ulang tahun oppa,” katamu seraya menyerahkan sebuah kantung kertas yang bertuliskan ‘Happy Birthday’ pada Sungmin.
Sungmin segera membuka kantung tersebut dan mengambil hadiah yang ada didalamnya. Ternyata itu adalah sebuah syal bewarna pink! Ia pun segera memakainya.
“Kenapa syal-nya kurang panjang?” tanya Kyuhyun dari lantai 2. Sahabatmu buru-buru menyikut pacarnya itu.
Kamu menunduk dan merasakan pipimu yang berubah menjadi merah. “Maaf oppa, aku tidak sempat menyelesaikannya. Lain kali akan kubuatkan yang lebih baik.”
“Ini bagus sekali. Terima kasih, Hyo-chan,” kata Sungmin seraya memelukmu.
Sungmin kemudian meletakan kedua tangannya dipipimu, lalu menciummu. Sahabatmu dan Kyuhyun yang melihatmu dari lantai 2 buru-buru beranjak dari tempat mereka berdua berdiri, tidak ingin mengganggumu dan Sungmin.
Tanpa sengaja Sungmin memegang tanganmu yang dingin. Kau lupa memakai sarung tangan. Sungmin menghentikan ciumannya. Ia memasukkan kedua tanganmu ke dalam kantung jasnya dan memelukmu lebih erat lagi. Kamu bisa merasakan detak jantung Sungmin karena kepalamu berada di dadanya. Sungmin dengan mudah mencium rambutmu yang hitam dan membisikkan saranghae di telingamu.
*
“Terima kasih,” ujarmu pada sahabatmu beberapa hari kemudian. “Berkat kau dan Kyuhyun oppa, aku dan Sungmin oppa tidak jadi putus.”
“Tak masalah. Sudah menjadi kewajibanku dan Kyuhyun oppa untuk menjaga hubungan kalian,” kata sahabatmu.
“Oh iya, aku juga ingin berterima kasih kerena kau memberiku ide dengan memasang fotoku dan Sungmin oppa saat di pantai,” katamu lagi.
“Eh, foto? Aku tidak pernah melaku kannya,” ujar sahabatmu heran. “Lagipula aku juga tidak menyimpan foto-foto kita saat ke pantai tahun lalu,” jelasnya.
“Kalau bukan kau, lalu siapa?”
*
Tanggal 30 Desember pukul 10 malam. Terdengar suara orang yang menekan pin apartemen milikmu. Pria tersebut kemudian masuk ke dalam dan melihatmu yang tertidur pulas di depan netbook.
“Kau pasti lelah, maafkan aku ya!” kata pria tersebut seraya mengusap-usap kepala dan memberi kecupan pada keningmu. Ia kemudian mengangkat tubuhmu, memindahkanmu ke tempat tidur. Setelah menyelimutimu, ia kembali mengecup keningmu dan memandang wajahmu yang sedang tertidur. Setelah itu ia beranjak kembali ke ruang tamu. Dilihatnya netbook milikmu yang masih menyala, dan mengganti layar desktopmu dengan foto yang ada dihandphonenya. Kenapa kau tidak menulis kisah ini, batin pria tersebut yang ternyata adalah Sungmin.


***


Thank For Read It ^^